My Photo
Name:
Location: Bdg, Bgr, Jawa Barat, Indonesia

Posted At Tuesday, January 09, 2007

Segelas Teh Hangat
Bagi saya, seringkali hal-hal yang bisa membuat saya bahagia bukanlah hal-hal besar yang pernah saya lakukan. Namun, hal-hal kecil yang sebetulnya hanya sebuah kebiasaan saja, yang jika cukup lama saya tidak melakukan hal tersebut, saya merasakan sebuah 'kerinduan'. Dulu, ketika awal-awal kuliah, dimana sebagian besar jadwal kuliah saya adalah pagi hari, adalah sebuah kenikmatan tiada tara pada saat saya bisa dan sempat menikmati segelas teh manis hangat buatan sendiri. Kenikmatan tersebut sulit untuk diceritakan, yang jelas dada saya terasa lega, kepala saya terasa ringan, dan badan saya terasa hangat sekujur tubuh. Sebuah orgasm? Entahlah. Apalagi Bandung saat itu sangat dingin, yang ternyata beberapa tahun kemudian, dinginnya Bandung itu sangat saya rindukan juga. Termasuk sekarang ketika saya tinggal di Bandung lagi. Dan karena kebiasaan buruk saya juga, bangun pagi menjadi sesuatu yang 'mahal' sekarang. Hal ini dikarenakan pola tidur yang tidak teratur, ada kalanya orang lain baru terbangun, saya baru akan tidur. Jikalah bukan karena adzan shubuh atau matahari terbit, saya mungkin tidak akan sadar kalau hari sudah pagi dan belum tidur.

Dengan segelas teh manis hangat, sejenak saya bisa merasakan indahnya hidup yang memang harus saya syukuri. Teh hangat, entah manis atau tidak, selalu saya nikmati. Saya adalah pecinta teh, meskipun saya tidak pernah peduli jenis teh apa yang saya minum. Jika dilakukan prosentase, 70% cairan yang masuk ke dalam tubuh saya adalah air teh, 20% air putih, 5% jus buah, dan sisanya 'racun' dari berbagai jenis minuman kemasan. Dari 70% teh yang masuk ke dalam tubuh saya, bisa dikatakan 50% adalah teh dalam botol (ketebak kalee...biar gk terlalu 'ngiklan'). Artinya, seumur hidup saya, teh dalam botol tersebut sudah menjadi minuman primer buat saya, mengalahkan air putih yang katanya menyehatkan. Konon, ketika kecil, paman saya lah yang mengenalkan saya dengan teh dalam botol tersebut dan membuat saya ketagihan. Sehingga, ketika bayi-bayi lain minum ASI, saya menggantinya dengan teh dalam botol. Sebab, jatah ASI saya yang seharusnya 2 tahun, diserobot adik perempuan saya yang lahir satu setengah tahun setelah kelahiran saya. Oleh sebab itu, saya tidak suka minum susu. Dan pemilik warung-warung di sekitar rumah saya ketika kecil, sangat mengenal saya karena rajin minum teh dalam botol di warung-warung tersebut. Makanya, ketika 2 minggu yang lalu saya mengikuti sebuah diksar relawan di Ranca Upas, Ciwidey, dimana kondisinya saat itu saya sempat tidak minum selama sehari semalam karena memang kurang air, yang paling saya rindukan adalah teh dalam botol tersebut. Melebihi kerinduan saya terhadap apapun. Maka, ketika saya kembali ke Bandung, yang pertama kali saya cari adalah teh dalam botol tersebut. Dan ketika melampiaskan 'kerinduan' tersebut...Hmm...Nikmat.

Terkait teh dalam botol tersebut, saat ini saya benar-benar tidak terlalu memedulikan efek samping yang akan saya terima kelak, mudah-mudahan tidak ada, dan saya sangat berharap sekali untuk itu. Alhamdulillah, sampai saat ini, saya tidak pernah -dan semoga selamanya tidak akan- merasakan sakit atau menderita penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan tersebut.

Sebelum menjadi anak kost, ibu saya di rumah selalu membuatkan air teh dalam teko, khusus buat saya. Keluarga saya yang lain tidak terlalu 'fanatik' dengan air teh. Setiap hari yang saya minum adalah air teh tersebut. Jenis teh yang saya sukai justru jenis teh yang tidak terlalu terkenal atau saya temukan di pasaran dan jarang sekali saya rasakan. Saya sendiri tidak pernah mencari tahu jenis atau merk dagang teh tersebut, karena tidak pernah meracik air teh sendiri. Namun, saya sering merasakan teh tersebut jika saya pulang kampung ke Garut atau Sumedang saat lebaran. Dalam suatu kesempatan, saya menikmati lagi teh tersebut ketika ibu-ibu pemetik teh yang kami jumpai di Ranca Upas, memberikan perbekalan minumnya kepada kami yang saat itu berjalan kaki menuju lokasi perkemahan yang harus kami tempuh selama 2 jam. Terakhir kali, saya merasakan lagi teh tersebut di sebuah rumah makan di Kebon Kalapa, Bandung. Segelas teh hangat, benar-benar saya nikmati. Saya pikir, biar saja saya tidak perlu tahu jenis teh tersebut. Biar saja saya jarang menikmati teh tersebut. Agar ketika saatnya bertemu, saya bisa menikmati dan melepaskan rasa 'rindu' saya pada teh tersebut. Sebab kalau saya terlalu sering minum teh tersebut, bosan juga kan?

Saya paling menikmati minum teh setelah makan. Sulit menggambarkan kenikmatan tersebut. Mungkin sama nikmatnya dengan mereka yang merokok setelah makan? Sayangnya jarang sekali saya temui rumah makan yang menyediakan teh hangat tanpa harus membayar lebih. Meskipun dalam beberapa kesempatan saya membaca dan mendengar bahwa sebenarnya tidak baik minum teh setelah makan. Konon, ada suatu zat dalam teh yang bisa menyerap gizi-gizi dari makanan yang masuk sebelum minum teh. Saya tetap tidak peduli. Toh, selama ini, saya tidak pernah merasakan kurang gizi...hehehe.

Sempat muncul kekhawatiran dengan kebiasaan saya minum teh, yaaa itu, efek negatif dari kebiasaan tersebut. Selama ini dunia kesehatan menempatkan air putih di daftar paling atas sebagai air yang paling menyehatkan. Ketika itu, saya benar-benar tidak menyukai minum air putih, rasanya hambar dan membuat saya mual, meskipun tidak separah efek susu kepada saya. Apalagi air putih yang dimasak orang lain. Makanya, ketika bertamu atau makan di rumah makan, air putih yang disediakan untuk saya hampir-hampir tidak pernah saya sentuh, kecuali untuk saya jadikan pencuci tangan. Akibat kebiasaan itu juga, saya bisa 'lupa' minum sampai berjam-jam tanpa merasakan haus. Sehingga, orang lain sering menganggap saya tidak suka minum. Seringkali saya minum hanya disebabkan karena ingat bahwa hari itu saya belum minum sama sekali, bukan karena saya haus, itupun seringkali terjadi pada malam hari. Akan tetapi, kebiasaan itu juga ternyata sangat membantu saya dalam kegiatan diksar relawan di Ranca Upas. Sementara orang lain merintih dan menderita kehausan akibat tidak ada air minum, saya tidak terlalu merasakan hal tersebut. Memang saya seringkali diperingatkan untuk berhati-hati dengan kebiasaan tersebut, khususnya untuk menjaga kesehatan ginjal saya.

Kebiasaan minum teh berubah ketika saya mulai menjadi anak kost. Jika sebelumnya selalu tersedia, maka sekarang saya harus memasak sendiri. Awal-awal memang saya masak air dan meracik teh sendiri, namun lama-lama saya malas juga. Pada saat itulah saya mulai membiasakan minum air putih, meskipun awalnya memang terasa eneg dan sebal juga. Seingat saya, selama satu minggu saya menyesuaikan lidah saya dengan air putih, meskipun teh dalam botol sesekali masih saya beli juga. Air putih yang bisa masuk ke mulut saya ternyata adalah air-air yang benar-benar bersih. Bersih dari bau, bersih dari rasa dan harus bening. Ada sedikit saja rasa 'aneh' atau bau tertentu yang tidak hanya berasal dari air, tapi juga gelas atau wadahnya, maka saya tidak akan pernah ingin meminumnya. Ketika itu, saya menemukan bahwa ternyata salah satu air putih kemasan yang sudah sangat terkenal di Indonesia, terdiri dari 4 huruf...(halah!! bilang aja A?ua!!)...yang masuk dalam kategori tersebut. Meskipun dalam beberapa kali kesempatan, saya mendapati juga minuman kemasan tersebut memiliki 'rasa'.

Lantas apakah saya 'selingkuh'? Oh, tidak. Poligami mungkin...:p Sebab, selain masih rutin membeli teh dalam botol yang saya rasa sudah mendarah daging, saya juga rutin membeli air putih kemasan yang sudah sangat terkenal tersebut. Suatu bukti bahwa 'poligami' bisa sangat membahagiakan...?? :p Sehingga, suatu saat, ketika saya pulang ke Bogor, dan adik bungsu saya mendapati saya sedang minum air putih, dia 'mengadu' kepada orang tua saya. "Luar biasa!! Aneh...", katanya. Heuheuheu. Sayangnya, ketika menulis ini, saya tidak ditemani teh dalam botol yang saya 'cintai', tapi ditemani air putih kemasan yang sudah sangat terkenal di Indonesia itu. Namun, 'cinta' itu tetap tidak berkurang, bahkan semakin bertambah.

Dalam sebuah artikel, entah di mana saya membacanya, saya mendapati bahwa ternyata kata soulmate tidak mesti diartikan sebagai pasangan hidup dalam artian suami atau istri. Tulisan tersebut mencontohkan Darwis Triadi dengan kamera-kameranya, ada juga seorang ayah dan anak, dan lain-lain. Maka, bagi saya air teh sudah menjadi soulmate buat saya, khususnya teh dalam botol tersebut. Meskipun jika saya ditanya tentang jenis teh atau merk dagangnya, saya akan menjawab tidak tahu. Namun, saya merasa tidak perlu peduli dengan hal tersebut.

Sebetulnya ada banyak yang bisa saya ceritakan tentang hal-hal kecil lain yang membuat saya bahagia dan menjadi sebuah kenikmatan dalam hidup saya. Namun, karena judulnya saja 'Segelas Teh Hangat', maka hal-hal kecil lain itu akan saya tuliskan di episode selanjutnya, entah di episode yang mana, tunggu saja...!! :D

Bagaimana dengan Anda ? Hal kecil apa yang membuat Anda bahagia? Seperti 'apakah' Soulmate Anda?

S3K3L04. 090107. 00.50.

Coba kalo gua dibayar sama perusahaan teh dalam botol dan air putih kemasan yang sudah sangat terkenal itu, mungkin gua akan ganti dengan merknya. Heuheuheu. :p
Posted by Donny @ 4:42 PM

Ada 19 orang yang cuap-cuap :

At 11 January, 2007 15:24, Blogger Amorita Kurnia Dewi said...

wah, kalau tiap hari minumnya teh botol atau air kemasan mahal juga ya? sehari ngluarin duit berapa cuma buat minum? mending masak air sendiri aja.

 

At 12 January, 2007 21:52, Anonymous Anonymous said...

iya sih, dipikir-pikir, apa bedanya saya dengan yang kecanduan rokok ya...? Sama-sama buang duit, tapi memang susah sih kalau udah 'cinta'...;))

 

At 16 January, 2007 19:07, Anonymous Anonymous said...

hmmmm

*tak bisa berkata-kata*

 

At 22 January, 2007 12:40, Anonymous Anonymous said...

Deu...si Mang pencinta teh euy...wah bisa di ambil jadi "model iklan" teh neh...:p
BTW ...minum teh kemasan mulu selain mahal juga dampaknya bagi tubuh kurang baek Mang, ngomongin soulmate sejujurnya saya sendiri punya "soulmate" juga,bahkan 2..hehehe yg satu boneka Winnie The Pooh yg saya dpt sejak kelas 3SMP dan ...kopi!!! tapi bukan kopi item tp kopi yg ada creamnya kayak nescafe tp sejak menderita maag akut sy coba menguranginya minimal seminggu 3 X deh hehehehe ...abiz kopi tuh enak seh...:P

 

At 24 January, 2007 12:34, Anonymous Anonymous said...

me n my soulmate sudah menghasilkan seorang bayi yang cantik. apa yang telah anda hasilkan dengan soulmate anda ini? hihihi...

Don, balik lagi ke eS dong, banyak lowongan niih...

 

At 28 January, 2007 21:44, Anonymous Anonymous said...

@luthfi : waduh...knapa mas? :D

@Amaly : Walah, suka kopi ternyata!! Kalau kopi, saya sih jarang bikin atau pengen, tapi kalo ada yang bikinin, gk akan nolak...;))

@mamakintan : Holla bu!! Gmana kabarnya sang putri and your soulmate? Balik lagi...? mmm....gmana ya? ;))

 

At 01 March, 2007 16:51, Blogger Unknown said...

Alangkah bagusnya bila donny daftarkan postingan ini di
http://muhshodiq.wordpress.com/2007/02/28/pendaftaran-%e2%80%9ctop-posts%e2%80%9d-jan-feb-2007/
pada kategori Critical dan kategori lain yang relevan.

 

At 08 April, 2007 00:05, Anonymous Anonymous said...

okelah

 

At 02 November, 2007 18:33, Anonymous Anonymous said...

L7MMYP The best blog you have!

 

At 03 November, 2007 00:14, Anonymous Anonymous said...

f8ngQk Nice Article.

 

At 03 November, 2007 01:09, Anonymous Anonymous said...

Nice Article.

 

At 03 November, 2007 01:57, Anonymous Anonymous said...

Thanks to author.

 

At 03 November, 2007 02:48, Anonymous Anonymous said...

Please write anything else!

 

At 03 November, 2007 03:53, Anonymous Anonymous said...

Magnific!

 

At 03 November, 2007 17:27, Anonymous Anonymous said...

Magnific!

 

At 03 November, 2007 22:03, Anonymous Anonymous said...

Hello all!

 

At 03 November, 2007 23:05, Anonymous Anonymous said...

Magnific!

 

At 04 November, 2007 00:10, Anonymous Anonymous said...

Hello all!

 

At 04 November, 2007 00:59, Anonymous Anonymous said...

Magnific!

 

Post a Comment

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza