My Photo
Name:
Location: Bdg, Bgr, Jawa Barat, Indonesia

Posted At Monday, January 16, 2006

Dilatarbelakangi oleh perasaan homesick beberapa hari terakhir ini, saya tertarik juga untuk menulis tentang rumah. Dalam bahasa Inggris, rumah adalah home atau house. Bedanya, house merujuk ke bentuk fisik atau bangunannya, sedangkan home merujuk ke suasana-nya. Home juga bisa berarti pulang atau tempat pulang. Adapun yang ingin saya bicarakan di sini bukan rumah dalam pengertian house, tapi home.

Home tidak selalu house, dan tidak semua bagian dari house bisa menjadi home. Beberapa orang menjadikan kamar pribadinya sebagai home, karena di kamarnya tersebut dia bisa merasakan ketenangan, damai dan santai. Atau mungkin ada juga yang menjadikan kamar mandi di rumahnya sebagai homekarena dia bisa melamun sepuasnya...misalnya. :p Intinya, tempat-tempat yang bisa membuat kita selalu ingin berada di sana dan merasakan ketenangan serta kenyamanan ketika berada di sana...itulah home. Beberapa orang mungkin menjadikan tempat-tempat tersebut sebagai sumber inspirasi.

Di Film-film, biasanya film petualangan, kita sering mendengar kata-kata..."I Wanna Home"...tentu bukan bangunan rumahnya yang dirindukan, tapi mungkin suasana kota, suasana rumahnya, orang tua, istri, suami, anak-anak, saudara atau mungkin sahabat-sahabatnya.

Kita mungkin heran kenapa anak-anak jalanan bisa bertahan di jalanan, atau kenapa ada orang yang menenangkan diri sendirian ke hutan, atau ada orang yang buang-buang duit bolak-balik ke suatu kota meskipun ongkos sedang mahal. Karena mungkin, di sana lah home mereka. Home tidak selalu berbentuk fisik. Para pecinta alam, mungkin menjadikan hutan sebagai home mereka...tidur dimanapun, makan apapun...tapi mereka menemukan suatu kepuasan atau ketenangan ketika berada di sana. Bisa jadi, mereka menemukan suatu tempat yang bisa membangkitkan setiap potensi yang ada di dalam dirinya, yang tidak bisa muncul di tempat-tempat lain. Dan tempat-tempat tersebut menjadikan mereka selalu ingin kembali, atau "ngangenin" dan betah berlama-lama di sana.

Kadang-kadang, rumah tidak selalu menjadi home untuk seseorang. Mungkin karena di dalam rumah tersebut ada perselisihan sesama anggota keluarga, sehingga menjadikan seseorang tidak betah untuk berlama-lama di rumah.

Pada kasus saya, Bandung menjadi home buat saya saat ini. Meskipun saya sekarang tinggal di rumah saya di Bogor, tapi hati saya selalu tertuju ke Bandung. Saya pun tidak mengerti kenapa perasaan tersebut bisa muncul. Karena itulah, komputer dan barang-barang saya masih saya tinggal di Bandung, supaya ada alasan untuk ke Bandung lagi. Tapi yang jelas, selama hidup saya, saya menemukan beberapa home yang sering membuat saya merindukannya.

Ketika SMP, salah satu home saya adalah POSKO P3K. Ketika SMA, home saya adalah kantin sekolah, mushola, balkon dan lapangan basket yang dibajak jadi lapangan sepak bola. Ketika SMP dan SMA, sering sekali saya berada seharian di sana, dan kadang tidak ingin pulang kalau melihat masih banyak teman-teman di sana. Bahkan ketika kelas 3 SMA, saya sering menjadi orang yang pertama datang ke sekolah, dan menjadi orang yang pulang terakhir dari sekolah. Ketika kuliah, home saya adalah Sekretariat Birama, kamar kost-an, dan beberapa tempat yang memang sering saya kunjungi, meskipun hanya sekedar lewat, seperti masjid salman. Padahal, pada awal-awal di Birama, saya nyaris dipecat dari keanggotaan, karena belum merasakan home yang sebenarnya.

Masjid, selalu menjadi home buat saya. Masjid apa pun, besar atau kecil. Karena di sana saya selalu bisa merasakan ketenangan, kedamaian atau hanya untuk melepas lelah jika berada dalam perjalanan. Masjid selalu menerima kehadiran saya. Makanya, saya sangat tidak setuju kalau masjid di kunci, baik siang maupun malam. Kata salah seorang mentor saya.."kayak bioskop aja di tutup". Ketika kuliah tingkat satu, saya bersama seorang teman saya, pernah sengaja berjalan kaki dari kampus UNIKOM menuju masjid balaikota yang jaraknya sekitar 4-5 KM, hanya untuk tidur siang saja di sana. Dan beberapa kali kami melakukan seperti itu. Hal itu menjadikan moment yang paling saya ingat ketika bersama teman saya itu.

Menciptakan home, tentu saja memerlukan peran aktif kita dan bantuan orang lain, serta interaksi yang sangat baik di antara keduanya. Kita sering mendengar kasus seorang yang bekerja di sebuah perkantoran selama bertahun-tahun, tapi tidak merasa betah berada di sana. Bisa jadi karena interaksi antar individu kurang baik, karena suasana nyaman terbentuk dari interaksi yang sangat baik dan rasa saling percaya. Sebagai contoh, saya tidak pernah kehilangan benda apa pun selama di Birama, bahkan ketika ketinggalan pun, besoknya barang tersebut masih ada di sana, bahkan tidak tersentuh. Karena itulah, sewaktu kuliah, Birama merupakan salah satu home saya. Bahkan, kalau sekarang saya main ke Bandung, Birama adalah salah satu tempat yang selalu saya tuju.

Tapi, mempertahankan home itu tidak semudah mendapatkan dan memilikinya. Silaturahmi dengan orang-orang yang "terlibat" dalam home tersebut, sangat penting. Beberapa saat saja kita menghilang dari "peredaran", kita tidak akan menemukan lagi suasana nyaman tersebut. Saya pun harus kehilangan beberapa home karena menghilang dari "peredaran". Suasananya jadi kaku lagi. Bahkan sahabat karib pun menjadi tidak karib lagi.

Diketik di S3K3L04, 150106. Diedit dan diUpload di Tebet, 160106, 14:56
Posted by Donny @ 3:24 PM

Ada 0 orang yang cuap-cuap :

Post a Comment

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza