My Photo
Name:
Location: Bdg, Bgr, Jawa Barat, Indonesia

Posted At Thursday, February 23, 2006

Ketinggalan Kereta
Seperti biasanya, setiap hari Jum'at, di minggu ke-2 atau ke-4 atau 2 minggu sekali, saya "pulang" ke Bandung langsung dari kantor. Kali ini, saya berangkat lebih sore, maksudnya tidak terlalu malam. Jam setengah 6 dari kantor. Tentunya, agar sampai Bandung tidak terlalu malam. Soalnya, entah kenapa, setiap ke Bandung dari kantor, berangkat jam berapapun, selalu tengah malah sampai Bandung. Macam-macam alasannya. Bisa macet, bisa karena emang lambat berangkatnya, angkot yang lelet, jadwal kereta yang terlambat. Pokoknya selalu ada halangan yang membuat saya "terpaksa" tiba di Bandung tengah malam.

Nah, Jum'at yang lalu (170206), saya juga ke Bandung lagi, kali ini berdua dengan Iwan, teman sekantor. Setelah dirundingkan, akhirnya kami sepakat untuk naek kereta aja di Stasiun Jatinegara, alasannya sih, kalau ke Kp.Rambutan, gak tahan macetnya...kalau ke Pulogadung, emang lancar, tapi takutnya bus udah nggak ada. Dan lagian, jalur Cipularang masih tutup, khawatirnya lewat ke Puncak. Bisa tengah malam dong nyampenya. Waktu itu saya bilang ke Iwan, pokoknya jangan sampai ke Bandung tengah malam lagi.

Tadinya, saya tidak berniat ke Bandung untuk hari Jum'at itu. Karena minggu sebelumnya habis dari sana juga. Untuk menghemat keuangan saja, meskipun sebetulnya, kalau ongkosnya tidak terlalu mahal, tiap minggu juga oke aja. Berhubung ada acara, dan saya diundang, ditambah lagi acara tersebut merupakan acara yang sangat langka, akhirnya saya memutuskan ke Bandung juga. Bareng dengan Iwan yang sudah jauh-jauh hari berniat pulang kampung ke Majalaya.

Kerjaan di kantor hari itu tidak terlalu merepotkan, sehingga kami berdua bisa pulang lebih cepat daripada biasanya. Jam 17.30 kami berdua berangkat ke Stasiun Jatinegara. Dari kantor kami naik bus yang ke Jurusan Kampung Melayu, disambung dengan angkot yang ke jurusan Pulogadung, karena angkot tersebut melalui stasiun Jatinegara. Tiba di Jatinegara pukul 18.20, kami langsung menuju ke loket untuk membeli tiket. Sepeti biasa, kalau hari Jum'at sore di Jatinegara, tiket kereta yang dengan tempat duduk untuk ke Bandung selalu habis, jadi terpaksa kami membeli tiket yang berdiri, dan dengan harga yang sama, Rp.45.000,- untuk Kereta Bisnis Parahyangan. Dulu, sewaktu pertama kali naik kereta ke Bandung, berdiri juga, ada penumpang lain yang nyeletuk..."Naik kereta bisnis kok kayak naik kereta 2000an". Kereta 2000an yang dimaksud adalah, kereta ekonomi Jabotabek yang selalu sumpek dan berdesak-desakan sehingga memaksa penumpangnya untuk berdiri, saking penuhnya. Saya pun sebetulnya tidak setuju dengan samanya harga tiket untuk yang duduk dengan yang berdiri, kurang adil saja.

Setelah membeli tiket itu, kami berdua masuk ke dalam stasiun. Saya melihat di tiket jadwal kedatangan adalah 18.37. Tapi teman saya mengatakan, itu keberangkatan dari gambir, biasanya sampai Jatinegara pukul 18.45. Meskipun saya tidak sependapat, akhirnya saya mengalah sewaktu dia mengajak shalat maghrib. Karena, biasanya saya melakukan shalat di dalam perjalanan atau di jama', karena khawatir tertinggal. Akhirnya, kami berdua berangkat ke masjid. Setelah mengambil Wudhlu, kami mengantri untuk shalat maghrib, karean besarnya Masjid tidak mampu menampung jumlah orang yang akan melaksanakan Shalat.

Tiga menit kami menunggu, akhirnya kami bisa melakukan shalat juga. Terus terang saja, saya merasa tidak tenang ketika akan melakukan Shalat. Bahkan, ketika pertama kali saya menuju masjid pun, hati saya merasa tidak tenang. Khawatir kereta tiba dan meninggalkan kami. Tadinya, ketika iqamat dikumandangkan, saya berinisiatif untuk menjadi Imam saja, karena biasanya saya Shalat agak cepat kalau diperjalanan. Namun, ada orang lain yang maju untuk jadi Imam. Dan, kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi ketika Imam tersebut membaca surat Al-Fatihah dengan tempo yang sangat lambat. Duh, bisa keburu datang kereta kalau seperti ini terus. Bisa jadi, itu adalah salah satu shalat paling tidak khusyu yang pernah saya jalani. Sepanjang shalat saya menggerutu. "Gak tau apa ini di stasiun kereta? bisa ketinggalan kereta nih...."

Entah perasaan saja atau apa, saya merasa itu adalah shalat maghrib yang sangat panjang. Setelah salam, saya langsung berdiri untuk keluar, tetapi pintu terhalang oleh orang-orang yang masbuk. Sekitar satu menit waktu terbuang, tapi rasanya begitu lama. Hati ini semakin bergejolak. Setelah itu, akhirnya saya keluar juga. Karena saya memakai sendal, dan tidak dititipkan, saya bisa langsung memakainya begitu selesai Shalat. Sementara teman saya, menggunakan sepatu dan dititipkan, untuk mengambilnya masih harus mengantri juga, belum pake sepatunya. Duh!! Sambil menunggu, saya berjalan agak menjauh dari Masjid untuk melihat ke peron tempat kedatangan kereta. Saya melihat satu rangkaian kereta. Jangan-jangan itu adalah keretanya, saya pikir. Lalu, pandangan saya tertutup rangkaian kereta lain yang baru tiba. Duh, gawat! Jalan menuju peron tersebut jadi terhalang. Sementara, teman saya masih berusaha memakai sepatunya. Ketika Iwan selesai memakai sepatunya, saya meminta dia untuk buru-buru, tapi kata dia, tenang aja, keretanya belum datang. Lalu saya menunjuk ke rangkaian kereta yang saya sebutkan tadi, tapi dia bilang bukan. Arrrggghhh. Beberapa saat kemudian, kereta tersebut mulai berjalan meninggalkan stasiun. Dzig!

Akhirnya, saya berusaha tenang, meskipun saya sangat yakin kalau kereta yang baru meninggalkan Jatinegara adalah kereta Parahyangan. Kami pun berjalan menuju peron. Lalu kami menanyakan kepada salah seorang petugas. Katanya, belum datang. Pyuuhhh. Saya mulai agak tenang. Tapi, setelah hampir 15 menit kami menunggu, kereta yang dimaksud kok nggak muncul2. Kemudian, kami bertanya lagi ke petugas yang lain. Katanya, "Lha...bukannya udah berangkat dari tadi?". Gubrag!! Gelo Siah!! Lalu dia mengusulkan untuk menghadap ke kepala stasiun. Kami pun menuju ke kantor Kepala Stasiun yang dimaksud. Di sana kami bertemu dengan beberapa orang, entah yang mana kepala stasiunnya, lalu kami menceritakan permasalahan kami. Tadinya, kami berharap agar bisa diuangkan saja, supaya kami bisa naek bis saja dari Pulogadung. Tapi, ternyata tidak bisa. Kalau ada jadwal keberangkatan lain, mungkin kami bisa dialihkan ke sana. Tapi, untuk hari itu, kereta tersebut merupakan kereta bisnis terakhit menuju Bandung. Sial! Akhirnya, kepala stasiun menawarkan untuk naik kereta ekonomi Jam 20.00 yang menuju Kroya, tapi melewati Bandung. Setelah berunding, akhirnya kami sepakat untuk menerima tawaran tersebut.

Keluar dari kantor Kepala Stasiun, kami berdua tertawa-tawa. Mentertawakan nasib. Kata Iwan, "Emang Don, lamun jeung maneh mah..kudu nepi jam 12 peuting wae...". Kata saya, "Biarin lah, biar ada buat bahan cerita...". Hahaha...Tapi, akhirnya perasaan gelisah tadi hilang juga, karena kami pun sudah merelakan kejadian tersebut. Setelah satu jam menunggu, kereta Citra Jaya, yang menuju Kroya, tiba juga...kami mendapatkan kursi nomor 13 b dan c di gerbong 2. Mitos angka 13 bawa sial, tidak berlaku...karena dari semua deretan kursi, hanya kursi kami yang tidak terlalu "merepotkan". Saat itu hujan besar, dan jendela kereta banyak yang tidak tertutup ketika berangkat dari Stasiun Kota. Sehingga, airnya masuk ke dalam kereta, dan bikin banjir...pertama kali masuk, kesan pertamanya adalah Kereta kok bisa banjir? Heu heu heu. Jendela kami, beruntung bisa ditutup, sehingga air tidak masuk, sementara kursi lain, banyak sekali yang tidak bisa ditutup...dan bikin basah! Heu heu heu.

Saya ingin menceritakan keadaan di dalam gerbong. Basah, banjir, Ramai, berisik, akrab, dan kecoa...yup, bener...cecunguk saudara-saudara. Tidak hanya satu, tapi banyak...Saya memang paling "geuleuh" sama kecoa. Tapi, saat itu, sekali lagi saya mentertawakan nasib saya. Keadaan di dalam kereta ekonomi, sangat berbeda dengan keadaan di dalam kereta bisnis. Di Kereta ekonomi, orang-orang mudah akrab...sementara di kereta bisnis, terkesan masing2 dan sepi. Kami pun bisa mengobrol dengan penumpang lain di kereta tersebut, karena kursinya memang berhadapan. Ada yang menuju tasik, ada yang menuju banjar dan menuju Jawa.

Setelah mengobrol beberapa saat, satu persatu mulai menutup mata untuk tidur, saya termasuk yang belakangan tidur, karena memang tidak terlalu mengantuk. Saya mengantuk justru ketika mulai mendekati kota Bandung. Berbeda dengan kereta bisnis, kereta Ekonomi ini tidak berhenti di stasiun Bandung, tapi berhenti di Kiara Condong. Tapi, menurut informasi dari penumpang lain dan awak kereta, biasanya kalau tengah malam, berhenti di stasiun Bandung.

Menjelang stasiun Bandung, kami berdua bersiap-siap. Memasuki stasiun Bandung, kereta berjalan sangat pelan, kami pun meloncat ketika kereta masih berjalan. Dan, untunglah kami meloncat, karena ternyata kereta tersebut tidak berhenti, tapi sengaja melambatkan laju nya untuk memberi kesempatan penumpang dan pedagang yang ingin turun di stasiun Bandung. Dari beberapa orang yang meloncat, ternyata hanya kami berdua penumpangnya...sisanya adalah para pedagang asongan. Kami tertawa-tawa saja. Stasiun sudah sangat sepi sekali. Hanya satu orang satpam saja.

Kami tiba tepat pukul 00.00 lebih beberapa menit sih. Lagi-lagi, sampai Bandung tengah malam. Hihihi...tapi, saya dapat perjalanan seru hari itu dan kami menumpang kereta Ekonomi termahal!!!

So, Moral dari cerita di atas adalah...
- Kalau mau naek kereta, perhatikan bener-bener jadwal kedatangan...tidak peduli seberapa telat kereta datang, yang harus kita lakukan adalah...Menunggu!!
- Ibadah juga harus pakai ilmu, memang sangat baik shalat tepat waktu, tapi kalau diperjalanan, perhatikan situasi dan kondisi. Sebaiknya di jama atau dilakukan di perjalanan saja.
- Dalam perjalanan, harus selalu siap dengan berbagai situasi dan kondisi yang tidak terduga.
- Siapkan mental!!!

Tebet. 230206. 16.16.
Posted by Donny @ 4:19 PM

Ada 14 orang yang cuap-cuap :

At 26 February, 2006 15:30, Anonymous Anonymous said...

he he...( its enough! ;p )

 

At 02 March, 2006 14:32, Blogger KangHadi said...

aduh... meuni pikarunyaeun pisan. sumuhun dah kedahna mah upami nganggo kendaraan umum anu aya jadwalna, penumpang anu keudah nungguan. saneh kendaraanna na.

pasti aya hikmahna, utamina upami urang ngaikhlaskeun sareng teu ka goda ku napsu amarah.

meureun kedah ti dituna, cep Donny dugi ka bandung tengah wengi. sing sabar ya cep.

 

At 03 March, 2006 14:27, Anonymous Anonymous said...

Aduh kang, jadi isin...

 

At 02 November, 2007 11:54, Anonymous Anonymous said...

agdywz The best blog you have!

 

At 03 November, 2007 00:03, Anonymous Anonymous said...

HX24ku actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.

 

At 03 November, 2007 01:01, Anonymous Anonymous said...

Hello all!

 

At 03 November, 2007 01:50, Anonymous Anonymous said...

actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.

 

At 03 November, 2007 02:36, Anonymous Anonymous said...

Nice Article.

 

At 03 November, 2007 03:42, Anonymous Anonymous said...

Hello all!

 

At 03 November, 2007 17:18, Anonymous Anonymous said...

Thanks to author.

 

At 03 November, 2007 21:54, Anonymous Anonymous said...

Hello all!

 

At 03 November, 2007 22:57, Anonymous Anonymous said...

Magnific!

 

At 04 November, 2007 00:02, Anonymous Anonymous said...

actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.

 

At 04 November, 2007 00:52, Anonymous Anonymous said...

Magnific!

 

Post a Comment

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza