My Photo
Name:
Location: Bdg, Bgr, Jawa Barat, Indonesia

Posted At Sunday, May 28, 2006

Be Yourself..?
Seringkali saya menemukan ketika seseorang diminta untuk tidak melakukan sesuatu hal, yang karena alasan tertentu dinilai tidak lazim atau tidak sesuai dengan aturan, maka alasan yang keluar dari mulutnya adalah "Ini kan diri gua, dan gua suka melakukan ini dan bikin gua bahagia..", atau alasan-alasan yang sejenisnya. Be Yourself. Sebuah jargon yang sering kita dengar dan mungkin sering juga kita ucapkan. Jadilah diri sendiri...agar kita bahagia.

Dalam beberapa curhatan teman-teman saya, sering juga saya menemukan ada kerancuan dalam penggunaan "motto" tersebut. Entahlah, kalau menurut saya, ada semacam rasa sombong ketika kalimat itu terucap. Ketika seseorang diberikan atau menerima saran dan nasihat untuk melakukan sesuatu yang "seharusnya", maka kalimat yang pertama kali keluar adalah..."Ah, nggak mau, itu kan bukan diri gua yang sebenarnya...". Alasan "kebahagiaan" menjadi yang pertama dikedepankan.

Muncul pertanyaan di kepala saya belakangan ini, sehubungan dengan jargon tersebut..."Benarkah kita sudah menjadi diri kita yang sebenarnya...?", "Apakah dengan melakukan sesuatu yang kita sukai, kita sudah menjadi diri sendiri...?"..."Apakah hakikat dari menjadi diri sendiri..?" (Hakikat..?? Walah!! Berat...!! ;p)...terlalu cepat jika saya menjawab "ya" atau "tidak".

Pada dasarnya, manusia hidup "dari" Informasi. Manusia melakukan identifikasi terhadap berbagai macam hal karena informasi yang diterimanya melalui Panca Indera. Semakin hari, informasi yang masuk ke dalam otak kita, semakin bertambah. Meskipun, kegiatan yang kita lakukan itu-itu saja setiap hari, tapi secara logika, informasi yang masuk selalu informasi baru setiap harinya, minimal informasi bahwa tanggal hari ini bertambah daripada kemarin...:D. Hal ini terlihat jelas pada masa pertumbuhan anak-anak yang kalau kita perhatikan akan kita temukan perubahan yang signifikan dalam melakukan pengolahan informasi. Seorang bayi selalu membuat saya kagum. Ketika terlahir, dia tidak tahu apa-apa, tiba-tiba dalam 5 tahun selanjutnya, dia sudah bisa berlari, menendang bola, meloncat dan bahkan menjadi sangat aktif dan kritis.

Seharusnya, semakin tua seseorang, semakin memiliki banyak ilmu, semakin luar biasa orang tersebut. Tapi, kenyataan yang kita dapatkan tidak demikian. Semakin dewasa seseorang, maka dia memiliki pilihan untuk menentukan informasi mana saja yang boleh masuk dan tidak, bahkan untuk menentukan tidak boleh ada informasi yang masuk sama sekali. Informasi yang sudah masuk pun, bisa kita buang. Hal ini tidak terjadi pada bayi yang "belum memiliki" filter terhadap informasi. Adalah benar bahwa usia sampai 8 tahun merupakan masa-masa yang paling penting dalam "menentukan masa depan" karakter seseorang. Pada usia tersebut, seorang anak menangkap semua informasi. Jika informasi yang diterima bagus, maka dia akan memiliki pondasi sebagai seseorang yang "bagus", juga sebaliknya.

Lalu, apa hubungannya antara Informasi dengan Be YourSelf...? Inilah point yang ingin saya sampaikan. Menurut saya, entah kalau ada orang lain yang berpendapat sama, seseorang merupakan "gambaran" dari berbagai macam informasi yang dia terima. Itu berati tingkah laku, tindak-tanduk, sikap dan perkataan seseorang tergantung dari informasi yang dia dapatkan selama hidupnya. Dari informasi-informasi yang didapatkan, kita akan melakukan filter lagi untuk menentukan informasi mana yang akan kita pertahankan, biasanya yang kita sukai. Lalu, dari informasi yang terseleksi tersebut, kita implementasikan dalam perbuatan kita, dalam tutur kata, dalam sikap dan pada akhirnya menjadi karakter kita. Ketika sesuatu menjadi karakter, hal tersebut membuat kita nyaman. Pada titik ini, kita "merasa" telah menemukan diri kita yang sebenarnya. Padahal, kalau mau jujur, seseorang merupakan "kumpulan" dari berbagai jenis "individu". Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Tentu saja melalui informasi.

Sadar atau tidak, pengaruh orang lain, entah itu melalui tingkah lakunya, melalui kata-katanya, melalui pemikirannya atau melalui sikapnya, sangat besar terhadap kita. Lihatlah betapa besarnya pengaruh Nabi Muhammad SAW terhadap Umat Islam, Karl Marx terhadap orang-orang Sosialis, atau Soekarno terhadap kaum Nasionalis di Indonesia. Maka, ketika kita berbicara tentang Islam, misalnya, pemikiran siapakah yang berpengaruh ketika kita bicara? Tentunya pemikiran Nabi Muhammad SAW, lalu ketika kita berbicara, apakah kita "sedang" menjadi diri sendiri? Saya rasa tidak. Pada saat itu, kita sedang mengidentifikasikan diri kita "seperti" Nabi Muhammad SAW, karena apa-apa yang kita sampaikan merupakan "pemikiran" Nabi Muhammad SAW. Begitu juga ketika kita mengikuti gaya Punk, misalnya, kita tidak sedang menjadi diri sendiri, tapi kita sedang "menjadi" orang lain yang bergaya "Punk". Pada kasus Ulil Abshar Abdala, yang merupakan pentolan Islam Liberal, adalah contoh pengaruh dari perpaduan berbagai "individu", di satu sisi dia terpengaruh oleh Islam, di sisi lain dia terpengaruh oleh pemikiran kaum Liberal.

Lalu, kapan kita menjadi diri sendiri...? Saya rasa, selamanya kita tidak akan pernah menjadi diri sendiri. Pada kenyataannya, kita bukanlah pemilik dari diri kita sendiri, karena kita memiliki ketergantungan terhadap informasi, dan yang paling kuat, kita memiliki ketergantungan kepada ALLAH SWT. Ketika kita memiliki ketergantungan terhadap sesuatu, maka pada dasarnya kita sudah "kehilangan" diri kita. Pada saat itu, yang memiliki pengaruh pasti akan "menguasai" orang yang memiliki ketergantungan kepadanya, sehingga orang tersebut akan melakukan sesuatu yang berada diluar kehendaknya, disadari atau tidak oleh orang tersebut. Coba kita ingat-ingat, siapa saja dan informasi apa saja yang berpengaruh terhadap diri kita ? Saya yakin, lebih dari satu orang dan banyak informasi.

Ketika kita menyadari kenyataan seperti itu, maka akan timbul kesadaran dalam diri kita bahwa sebuah informasi bisa menjadi sangat penting dalam menentukan arah hidup kita. Sehingga, kita akan berusaha untuk selalu mencari informasi yang mendekati suatu kebenaran atau yang bernilai "benar". Saya juga sudah menyinggung hubungan antara informasi yang menghasilkan karakter dan berdampak pada rasa nyaman. Ketika informasi lain yang kita terima "menggoyang" rasa nyaman tersebut, maka biasanya kita akan melakukan semacam counter atau pembelaan, salah satunya dengan kalimat-kalimat semacam..."Inilah gua yang sebenarnya..", atau "gua lebih enak begini...", atau mungkin menimbulkan semacam keragu-raguan dan keresahan di dalam diri. Ketika kita melakukan pembelaan dengan kalimat-kalimat tersebut, maka satu peluang untuk melakukan perbaikan dalam diri hilang begitu saja, padahal kalau kita pikirkan lebih matang, seringkali informasi tersebut sangat benar dan apa yang kita pertahankan sangat salah.

Lantas, manakah informasi yang benar-benar benar??? Saya tidak akan ragu mengatakan bahwa informasi yang paling benar adalah dari ALLAH SWT, Tuhan kita semua. Sadar atau tidak, kita sering kali meragukan informasi yang telah ALLAH berikan. Ketika informasi itu datang dari ALLAH, kita sibuk mempertanyakan kebenaran dan manfaat dari informasi tersebut. Ketika informasi itu datang dari orang lain, yang sudah pasti tidak sempurna, kita sering kali menelannya bulat-bulat tanpa banyak tanya. Padahal, kalau kita cek dan ricek lagi, informasi dari orang lain itu lebih banyak salahnya. Ketika kita membaca tentang pemikiran suatu tokoh, kita nyaris 100% mempercayainya dan bahkan mengikutinya, tapi ketika kita membaca informasi dari ALLAH, berbagai macam pertanyaan muncul untuk mengkritisi isinya.

Ibarat mobil atau motor, yang lebih tahu isi mesin dari kendaraan tersebut tentu saja vendor yang membuatnya. Maka, ketika kita mencoba untuk mengganti sparepartnya dengan yang bajakan, dijamin akan terjadi ketidaksinkronan dalam kendaraan tersebut yang menyebabkan kendaraan tersebut cepat rusak atau malah kacau. Sama halnya dengan manusia, ketika informasi yang kita terima salah, kita akan dinilai sebagai orang yang ngaco, bahkan akan tumbuh terus sebagai orang yang ngaco. Kalau kendaraan ngaco, dia tidak akan menularkan ke-ngaco-annya, tapi kalau manusia yang ngaco, dijamin dia bisa menularkan ke-ngaco-annya. Dalam hal ini, orang ngaco lebih berbahaya daripada HIV/AIDS...heu heu heu...Intermezzo!! Dan yang lebih tahu segala macam software dan hardware manusia ini, tentu saja yang menciptakan manusia itu sendiri, yaitu ALLAH.

(*...Komentator : asa rada OOT, euy..! ...*)
(*...Penulis : Cuek AJAH!!...*)

Satu contoh, kasus Jilbab atau Hijab. Bagaimana tanggapan perempuan yang mengaku muslimah terhadap Jilbab ? Ada yang menerima, kemudian memakai Jilbab, meskipun setelah melakukan berbagai macam pertimbangan yang cukup panjang, dan memakainya secara bertahap. Ada yang "mengakui kewajibannya", namun ragu untuk mulai memakai, takut dicaci maki, takut dijauhi teman, takut nggak dapat pekerjaan, takut nggak dapat pacar, merasa belum "cukup" ilmu keislamannya. Ada yang meragukannya dengan berbagai macam dalil yang mereka cari atau mereka dapatkan dari hasil pemikiran orang lain, alasan karena Hijab itu budaya Arab, mengekang wanita, kurang modern dan lain-lain.

(*...Komentator: Kalau kita pikir-pikir, budaya Indonesia itu kan Kebaya ya? Kenapa nggak pake baju kebaya aja ya? Oh, mungkin mereka kepengen jadi orang Amerika atau Hawaii sana ya? Tanyaken...napa?..*)

Padahal, ketika informasi tentang Jilbab/Hijab tersebut turun, muslimah pada saat itu langsung memakaikan Hijab mereka tanpa banyak tanya, tanpa takut dicaci maki, tanpa takut nggak kebagian suami, tanpa takut nggak dapat kerja, tanpa peduli apakah mereka siap atau tidak. Mereka tidak peduli itu semua, sebab mereka yakin dengan jaminannya, surga kok! Masa nggak mau sih dikasih surga? Yang nggak punya penutup kepala, mereka cari Gorden, Taplak Meja, atau kain yang tidak terpakai untuk menutupi kepala dan dada mereka. Bandingkan dengan zaman sekarang ? Kerudung dimana-mana, kain banyak ditoko-toko, tapi kenapa pada cuek aja ya?

"Ah, yang penting kan hati nya, kalau pakai Jilbab tapi kelakuannya nggak sesuai kan percuma aja..!"..Seriiiiing sekali saya mendengar kalimat "menyesatkan" seperti ini. Kalau boleh saya mengkritik, "punya prinsip hidup kok tanggung banget sih??". Kenyataannya, hati nya nggak baik, kelakuannya juga nggak bener dan nggak pake jilbab pula. Salah satu kekurangan kita adalah kita sering kali merasa cukup dengan kebaikan yang telah kita lakukan. Kalau memang hatinya sudah baik, kenapa tidak sekalian menjadi wanita yang sholehah aja sih? Atau jadi lelaki yang sholeh?..oopss, maksudnya bukan untuk kasus jilbab..:D..Kenapa harus setengah-setangah?

(*...Komentator: Woi! Back To Topic, donk!!..*)
(*...Penulis : OK-OK! Sorry, lagi rada emosional...eh, nulis tentang apa sih ??...*)
(*...Komentator: Walah!! Itu tuh, tentang Be YourSelf!!...*)
(*...Penulis : Oh, iya...sorry...pikirannya lagi loncat-loncat...OK, kita lanjut!!...*)

Satu hal yang harus diingat, bahwa manusia adalah seorang hamba dari Tuhannya. Ketika manusia menjadi seorang hamba, sebetulnya manusia tidak memiliki hak apa pun. Coba kita perhatikan sejarah-sejarah zaman dulu, apakah seorang budak memiliki hak ? Hampir-hampir tidak memiliki hak sama sekali, jika saja tuannya tidak memiliki kebaikan dalam hatinya, sudah pasti dia akan menjadi budak yang paling sial. Seorang budak, karena posisinya itu, dia bahkan tidak bisa berbuat sesuai dengan keinginannya, tidak sama sekali. Itu berarti budak tersebut tidak pernah menjadi dirinya sendiri, seluruh haknya sudah dicabut. Lalu, bagaimanakah kedudukan Allah dan Manusia ? Hampir tidak berbeda sebetulnya, hanya saja, seorang budak hampir-hampir tidak memiliki pilihan sama sekali, tapi seluruh manusia pada dasarnya, karena "Kebaikan" Allah, diberikan hak untuk memilih. Pengambilan keputusan pada saat memilih, sangat tergantung dari informasi yang dimiliki oleh seseorang.

(*...Komentator: Duh, kok jadi melebar begini sih...??...*)
(*...Penulis : Iya, ya? Gua juga bingung nih...heu heu heu...*)

Jadi, intinya adalah...Dalam hidup ini, yang paling penting adalah bukan bagaimana caranya menjadi diri sendiri, tapi bagaimana menjadi manusia yang Allah inginkan. Bukan tentang bagaimana bebas berekspresi sesuka hati, tapi tentang bagaimana berekspresi sesuai dengan yang Allah perintahkan. Ketika kita sudah menjadi manusia yang Allah inginkan, akan tiba saatnya kita benar-benar menjadi diri sendiri, tanpa aturan, tanpa batasan, bebas berekspresi, sebebas-bebasnya...bahkan selamanya, kita menjadi diri sendiri, yang sebenar-benarnya diri sendiri. Bagaimana caranya? Baca informasi yang benar!! Masih bingung juga...? Baca Al-Quran!!

(*...Komentator: Ah, ngaco lu....!!! Opini nya ngasal banget tuh...nyuruh baca Qur'an aja pake berbelit-belit segala...*)
(*...Penulis : Biarin!!...yang penting mah Usaha...:p...*)


Dedicated To :
- My Self, Of Course!!
- My Lovely Sista...(Sister maksudnya..:p) and My Brother.
- Seorang Teman, BIO-ITB'05, yang sedang kebingungan dengan "Diri Sendiri", semoga tulisan ini sedikit bermanfaat.
- Yang mau baca, yang nyempet-nyempetin baca dan yang nggak sengaja baca.
- Yang setuju dan yang nggak setuju, yang peduli dan yang nggak peduli, yang suka dan yang nggak suka.

S3K3L04. 26,27,280506.
Dalam kegalauan, dalam keresahan, dalam kebingungan, Dalam kesepian...
For Better Life, I Hope...
Posted by Donny @ 7:54 PM

Ada 17 orang yang cuap-cuap :

At 29 May, 2006 10:57, Anonymous Anonymous said...

Satu hal yang kadang dilupa oleh kita ketika membaca al Qur'an adalah membaca tarjamahnya dan merenunginya. Jika itu telah terbiasa dilakukan maka Insya Allah kita akan benar2 'membaca'.
Tentu lebih baik lagi jika dengan qur'an tarjamah yang bagus dan benar redaksionalnya. ^_^

 

At 29 May, 2006 13:46, Anonymous Anonymous said...

Itu maksud saya...baca Al-Quran yang dimaksud bukan sekedar "ngaji" tapi ngaji yang bener-bener ngaji..mentelaah isinya, merenungkan dan kemudian mengimplementasikannya...

Untuk Qur'an yang terjemahan dan benar redaksionalnya, memang sangat penting, mengingat terjemahan yang sekarang, masih dirasakan sangat "dangkal", tapi sebetulnya yang paling penting sih bisa ngerti bahasa arab nya...

 

At 05 June, 2006 18:49, Anonymous Anonymous said...

wah udah ga dalam kondisi krisis tulisan bermutu ya... >:)

menurut gw sih emang kalimat "be your self" itu belom selesai, seharusnya ada tambahan. jadi mestinya "be your self yang sesuai dengan keinginan sang Pencipta"

betewe jangan lupa kunjungin blog gw ya... yg di blogspot lho..
kalo yg di fs mah buat catatan harian aja

 

At 06 June, 2006 13:39, Blogger Awan Diga Aristo said...

nah, gantian, sekarang topik yang pengen gw tulis udah lu tulis duluan :(

tentu sepakat. memang agak absurd menggunakan kalimat be yourself itu sebagai sebuah pembenaran untuk menolak hal baru atau nilai-nilai hidup yang sedemikian kaya.

buat gw, "be yourself" itu seolah seperti jargon yang diciptain oleh perancang mode bagi "generasi X". soalnya, banyak bngt yang ngomong "be yourself" tapi bergayanya meniru britni spir lah, avril lah, agnes monica lah (yang gw yakin si agnes ini juga ngejiplak britni), dll. jadi, mereka sebenernya ga tau diri sendiri mereka itu siapa...

(nah, ahirnya gw malah posting di blog orang...:p)

 

At 06 June, 2006 18:42, Anonymous Anonymous said...

@Dajal...
Gua juga bingung setelah baca hasilnya...kagak ngarti bisa begitu...

@Awan...
So, skor 1 - 1 yah...? hihihihi

 

At 11 June, 2006 06:54, Blogger waterpoured said...

Be Yourself, Which it means: Be A Moslem !!!

 

At 02 November, 2007 12:04, Anonymous Anonymous said...

HQT4Ht The best blog you have!

 

At 03 November, 2007 00:14, Anonymous Anonymous said...

deZREe Please write anything else!

 

At 03 November, 2007 01:09, Anonymous Anonymous said...

Nice Article.

 

At 03 November, 2007 01:57, Anonymous Anonymous said...

Wonderful blog.

 

At 03 November, 2007 02:48, Anonymous Anonymous said...

actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.

 

At 03 November, 2007 03:52, Anonymous Anonymous said...

Please write anything else!

 

At 03 November, 2007 17:28, Anonymous Anonymous said...

actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.

 

At 03 November, 2007 22:03, Anonymous Anonymous said...

Magnific!

 

At 03 November, 2007 23:06, Anonymous Anonymous said...

Please write anything else!

 

At 04 November, 2007 00:10, Anonymous Anonymous said...

Magnific!

 

At 04 November, 2007 00:59, Anonymous Anonymous said...

Hello all!

 

Post a Comment

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza