My Photo
Name:
Location: Bdg, Bgr, Jawa Barat, Indonesia

Posted At Friday, February 16, 2007

Pulpen
Suatu hari, sahabat saya Heri bercerita tentang masalahnya dengan mata kuliah Filsafat. Terlalu sulit dipahami mungkin. Dia kuliah di jurusan Ilmu Hukum, maka Filsafat menjadi salah satu mata kuliah yang wajib dipahami. Pernah suatu ketika, dalam sidang skripsi temannya, sang penguji menanyakan "Untuk apa pulpen ?" Maka ketika temannya ini menjawab "Untuk menulis." serta merta sang dosen penguji mengusir temannya ini keluar ruangan sidang. Pikir saya, apa yang salah? Bukankah pulpen itu memang untuk menulis? Saya tidak langsung menanyakan apa alasan pengusiran itu, saya malah mikir.

Namun, tidak lama setelah itu, tiba-tiba saya tersenyum. Hmm, ya...ya...ya (bayangin saya lagi manggut-manggut) ;)) Tiba-tiba jawaban itu menyerang secara sporadis dalam pikiran saya. Sejujurnya, kita tidak pernah benar-benar diberi tahu apa alasan pembuatan pulpen, apakah memang untuk menulis, atau kah untuk kepentingan lain? Orang-orang dulu biasa menulis menggunakan bulu angsa yang dicelupkan ke tinta. Saya tidak tahu siapa yang memiliki ide kreatif untuk membuat pulpen, tapi ada beberapa kemungkinan pulpen dibuat. Bisa jadi pulpen memang diciptakan untuk memudahkan dalam menulis. Namun, motif utamanya bisa saja bukan itu, bisa hal lain, uang misalnya. Bisa saja tadinya sang penemu hanya menggabungkan beberapa benda cuma untuk iseng-iseng saja, dan ternyata bisa digunakan untuk menulis.

Bagi mereka yang memiliki otak bisnis, pulpen bukan untuk menulis, tapi untuk dijual, dan menghasilkan uang. Sementara bagi seorang bayi, pulpen mungkin hanyalah sebuah mainan. Lain halnya untuk seorang kolektor pulpen, dia mungkin menjadikan pulpen sebagai koleksi untuk dipajang. Untuk seorang sahabat, pulpen bisa juga menjadi sebuah hadiah, tapi toh tidak ada keharusan menggunakan pulpen itu untuk menulis. Dalam film A Beautiful Mind yang dibintangi Russel Crowe, ternyata pulpen bisa digunakan sebagai tanda pengakuan dan respek terhadap pencapaian seseorang. Bagi seorang pelancong, pulpen juga bisa menjadi oleh-oleh. Di tangan orang yang kreatif, pulpen bisa saja disusun menjadi sebuah hiasan. Untuk mereka yang takut kucing, sah-sah saja pulpen digunakan untuk melempar kucing. Bahkan kalau saya kesal kepada anda, dan kebetulan saya sedang memegang pulpen, boleh kan kalau saya gunakan untuk mencolok mata anda? ;))

Ternyata pulpen itu multi-fungsi. Jadi, kalau suatu saat ada yang bertanya kepada anda "Untuk apa pulpen?", bilang saja "untuk ngelempar lu!!" :)) Ah, saya seringkali tidak memahami bagaimana seorang filosof berpikir. Sesuatu yang nampak sederhana, bisa menjadi rumit, tapi sesuatu yang sebetulnya rumit, malah jadi sederhana. Namun, mungkin itulah yang menjadikan seorang filosof 'nampak' bijaksana atau...menyebalkan? Terserah anda saja. ;))

S3K3L04. 010207. 6.42.
Posted by Donny @ 9:04 PM

Ada 0 orang yang cuap-cuap :

Post a Comment

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza