My Photo
Name:
Location: Bdg, Bgr, Jawa Barat, Indonesia

Posted At Wednesday, March 28, 2007

Seri Takdir I : Jaring-jaring Takdir
Sebelum membahas masalah yang menjadi inti tulisan ini, yaitu takdir, saya ingin meminta maaf buat Obenk, Opie dan Ila karena belum bisa memenuhi request tulisannya. Saat menulis ini, yang paling 'mendesak' untuk segera dituliskan adalah tentang takdir ini. Gara-garanya sewaktu chatting sama Agus Uban yang lagi kebingungan setelah membaca tentang masalah-masalah yang selalu menjadi 'serangan' orang-orang yang sinis terhadap Islam. Dan memang pertanyaan-pertanyan yang Agus tanyakan kepada saya adalah perkara yang penting dan bisa menyesatkan. Namun, dengan menuliskan ini, tidak berarti saya adalah orang yang paham sekali tentang Islam. Saya juga seringkali 'mati kutu' ketika membaca pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan Islam dan ajarannya.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjawab apa yang selalu 'dibingungkan' oleh sebagian diantara kita, tentang Takdir. Satu hal yang harus menjadi perhatian, tulisan ini bukanlah bentuk final dari pemikiran saya, suatu saat bisa berubah jika mendapatkan kritikan atau tambahan yang saya yakini kebenarannya. Sedikit sekali tulisan tentang takdir yang saya baca, karena itu hasil pemikiran ini bisa dikatakan berasal dari perenungan-perenungan saja. Tidak menutup kemungkinan juga, ada juga tulisan yang serupa dengan tulisan saya ini. Beberapa saat lalu, saya juga pernah menuliskan tentang takdir di blog ini. Namun, pendekatan kali ini sedikit berbeda.

Saya membagi tulisan ini menjadi beberapa sesi. Setidaknya, melalui tulisan Seri Takdir ini, saya bisa berbagi pemahaman. Pendekatan yang saya gunakan dalam tulisan ini sebetulnya cukup umum, namun seringkali tidak kita sadari. Satu hal yang saya yakini adalah..."inilah yang sebenarnya". Coba saja pertemukan pemahaman saya dalam tulisan ini dengan ayat-ayat Al-Quran atau Hadits, insya allah tidak ditemukan pertentangan. Namun, saya selalu terbuka untuk perbaikan-perbaikan, karena pikiran manusia tidak sempurna, apalagi dengan informasi yang terbatas. Saya juga tidak tahu apakah tulisan-tulisan ini mudah dipahami atau tidak, yang jelas saya sudah berusaha untuk menuliskannya dengan bahasa yang mudah dipahami.

Sederhananya, inti dari pertanyaan Agus adalah "Jika segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Allah dalam catatanNya, bahkan daun yang jatuh sekalipun, lantas untuk apa kita berusaha? untuk apa kita berdo'a? Apakah itu berarti, misalnya, suami-istri yang bercerai juga sudah ditetapkan oleh Allah harus bercerai?"

Satu hal yang menjadi sorotan saya adalah pemahaman mengenai 'catatanNya'. Apakah catatan/ketetapan itu menentukan bagaimana 'pastinya' kehidupan seseorang dari sejak lahir sampai meninggal? Misal, si A sudah dipastikan untuk menjadi pengacara, si B sudah dipastikan jadi pelacur, atau si D sudah dipastikan mati karena dibunuh. Jika seperti itu kenyataannya, Anda berhak untuk mengatakan bahwa Allah tidak adil. Akan tetapi, logika sederhana saya tidak 'mengatakan' seperti itu.

Menurut saya, isi catatanNya berbentuk persis seperti jaring laba-laba (web), atau jaringan jalan atau dalam Ilmu komputer dikenal dengan konsep tree. Setiap titik dan detik kehidupan yang kita lalui berisi berbagai macam pilihan. Misal, kita bertemu dengan seseorang yang menarik hati kita di angkot, ada berbagai kemungkinan yang bisa kita lakukan. Kita bisa mencoba berkenalan, bisa juga cuma sekedar 'ngelihatin' aja, kita cuekin, kita beri senyuman, atau misalnya kita tampar. Itu semua adalah berbagai macam kemungkinan yang bisa kita lakukan. Pilihan manapun yang kita ambil, akan memberikan 'efek' yang berbeda dalam hidup kita. Jika kita berkenalan, bisa jadi kita dapat nomor telepon rumahnya. Namun, jika kita tampar dia, tentu hasilnya belum tentu sama. Nah, berbagai kemungkinan inilah yang sebenarnya menjadi catatanNya tersebut.

Lebih mudah jika kita memisalkan sedang berada di sebuah persimpangan jalan. Kita hanya boleh memilih satu jalan, kita tidak pernah tahu apa yang ada di sepanjang jalan-jalan tersebut. Sekali kita memilih salah satu jalan yang ingin, kita tidak bisa kembali. Setiap jalan berakhir pada ujung yang berbeda. Adakalanya, di jalan yang kita pilih, kita dihadapkan lagi dengan persimpangan lain. Terus seperti itu. Suka atau tidak suka dengan 'pemandangan' dan 'fasilitas' yang ada di jalan yang kita pilih, itulah pilihan kita. Itulah takdir kita. Perkaranya adalah kita dituntut untuk memilih jalan yang benar, jika pilihan kita salah, maka dipastikan kita akan menyesal selamanya. Nah, untuk memilih jalan yang benar tersebut, Allah sudah menempatkan petunjukNya. Seringkali kita sudah tahu dengan petunjuk tersebut, tapi kita sering mengabaikan petunjuk tersebut. Inilah yang menjadikan seseorang tersesat di suatu jalan.

Jadi, sebetulnya untuk satu orang saja, ada berbagai macam kemungkinan yang dicatat olehNya. Ada berjuta kemungkinan yang bisa terjadi dalam diri kita, segalanya tergantung pilihan-pilihan kita. Satu pilihan kita ambil, itulah yang menjadi takdir kita. Allah hanya menetapkan berjuta-juta pilihan dan hasil dari pilihan tersebut dalam catatanNya, kita lah decision maker nya. Maka, disinilah luar biasanya Allah. Untuk satu orang saja ada jutaan kemungkinan, apalagi mengatur kemungkinan-kemungkinan berjalannya alam semesta ini. Itu berarti ada jutaan kemungkinan juga bagaimana kehidupan manusia ini bisa berjalan.

Maka, dengan konsep ini, saya meyakini ada ribuan kemungkinan kita menikah dengan orang yang berbeda, ada jutaan kemungkinan cara kita mati, ada jutaan kemungkinan juga kita mendapatkan rezeki. Semuanya tergantung kepada apa yang menjadi pilihan kita. Pilihan manapun yang kita ambil, Allah sudah tahu bagaimana nasib kita selanjutnya, karena Allah sudah mencatat kemungkinan-kemungkinan itu. Dengan kata lain, mungkin, Allah hanya sedang 'menonton' saja saat ini, karena segala kemungkinan sudah tercatat. Sementara 2 malaikat yang setia mengikuti kita hanya membantu 'menandai' pilihan kita, persis seperti kita mengerjakan pilihan berganda, hanya saja pilihannya luar biasa banyaknya.

Satu hal yang paling menarik dari konsep ini adalah bahwa kematian selalu terselip di setiap kemungkinan itu. Di setiap 'persimpangan jalan', kita selalu dihadapkan dengan pilihan atau kemungkinan untuk mati. Sungguh benar apa yang Rasulullah ajarkan bahwa kematian sangat dekat dengan kita. Dengan kata lain, dalam setiap detik yang kita lalui, kita selalu dihadapkan dengan kemungkinan untuk mati. Itu artinya, bagaimana kita mati ditentukan juga oleh pilihan-pilihan hidup kita. Dengan kata lain, mati juga bisa menjadi pilihan kita. Maka, kemudian kita kenal mati khusnul khotimah dan su'ul khotimah dalam Islam. Kedua jenis kematian tersebut tergantung dengan apa yang kita lakukan selama hidup kita. Oleh karena itu, kematian khusnul khotimah bisa diusahakan. Bahkan, 'kemungkinan' anda bunuh diri setelah membaca tulisan ini pun sudah tercatat. :D Hal ini juga berarti bahwa panjang umur juga bisa diusahakan.

Sebagai contoh, seseorang yang mati karena gangguan jantung yang diakibatkan oleh tidak pernah berolahraga. Jika saja orang tersebut sering melakukan olahraga, maka belum tentu orang tersebut mati karena gangguan jantung. Atau orang yang mati karena tertabrak kereta, dia akan tetap hidup jika tidak berjalan di rel kereta tersebut. Namun, di titik manapun kita berada saat ini, toh kita tetap tidak pernah tahu bagaimana dan kapan kita mati, tapi Allah bahkan sudah menetapkan seluruh kemungkinan kondisi kematian kita.

Kemungkinan kita berdo'a juga sudah tercatat dalam catatanNya. Oleh karena itu, menurut saya, bentuk pengabulan do'a tersebut pun sudah tercatat. Bagaimanapun, berdo'a juga adalah sebuah pilihan. Benarlah sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa do'a setiap hamba itu dipastikan terkabul, kecuali orang-orang yang 'memakan' harta haram. Jadi, terkabul atau tidaknya do'a yang kita ucapkan kepada Allah juga tergantung dari bagaimana kondisi kita ketika berdo'a.

Labels: ,

Posted by Donny @ 3:09 PM

Ada 0 orang yang cuap-cuap :

Post a Comment

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza