My Photo
Name:
Location: Bdg, Bgr, Jawa Barat, Indonesia

Posted At Thursday, June 21, 2007

Badai vs Badai

Setelah mendengarkan The New Version of OST. Badai Pasti Berlalu (BPB), saya jadi tergelitik untuk membandingkan dengan judul yang sama garapan Erwin Gutawa keluaran tahun 1999. Sayangnya, saya tidak memiliki koleksi versi pertama album tersebut, yang keluar tahun 1975. Itu lho, yang covernya berwarna hijau dan bergambar Christine Hakim sedang berlari. Konon, album tersebut menggebrak pasar musik Indonesia yang cenderung statis saat itu. Kalau didengarkan dari 2 album versi terbarunya, bisa dipastikan bahwa album tersebut memang beberapa langkah lebih maju dibandingkan musik saat itu. Saya tidak menyangka, Eros Djarot yang sekarang lebih terkenal menjadi seorang politikus, adalah orang yang memiliki peran besar dalam menghasilkan album tersebut. Beberapa lagu ciptaannya, juga bareng dengan Chrisye, memang menjadi lagu-lagu evergreen, tidak habis dimakan zaman. Sebut saja Pelangi, Cintaku dan Angin Malam.

Berbicara tentang album BPB, tentunya tidak bisa lepas dari sosok almarhum Chrisye, legenda yang belum genap 3 bulan meninggalkan dunia ini. Menyadari hal itu, Andi Rianto, arranger sekaligus penggarap album BPB versi terbaru, rupanya ingin melepaskan bayang-bayang Chrisye dari album garapannya. Aransemen lagu dirombak total, beberapa musisi dan penyanyi terbaik negeri ini dilibatkan. Bukan tugas mudah untuk semua yang terlibat, ada beban mental pastinya. Hasilnya, tidak terlalu mengecewakan, mekipun pada beberapa lagu saya kecewa berat. Tentunya, ini adalah penilaian subyektif dari saya setelah membandingkan dengan album garapan Erwin Gutawa, yang menurut saya sangat fenomenal, entah dengan versi pertamanya, adakah yang bisa bantu mendapatkan?

Sesuatu yang lumrah jika saya membandingkan kedua album tersebut, meskipun sebetulnya dalam berkarya, pembandingan-pembandingan semacam itu tentulah tidak obeyektif. Setiap orang punya cara dan sense yang berbeda dalam menggarap suatu karya, dan setiap orang juga punya selera yang berbeda dalam mengapresiasi suatu karya. Satu lagu bisa menjadi sangat berbeda di tangan setiap orang, dan apapun hasilnya, tidak bisa dikatakan lebih jelek daripada yang lain. Hanya saja, pasti ada kelebihan tersendiri jika karya yang lain lebih menonjol dibandingkan yang lain, meskipun menggarap lagu yang sama. Itulah yang saya bandingkan, kelebihan-kelebihan dalam 2 album ini, dan inilah penilaian saya, dengan segala kesoktahuan saya.

Cintaku
Menarik sekali mendengarkan versi swing jazz dari lagu ini, tapi Lucky 'Idol' perlu menambah jam terbang untuk menyanyikan lagu semacam ini. Saya mendengar ada beberapa bagian yang tidak sinkron antara Lucky dan musik, tapi sebetulnya untuk musik jazz yang full improvisasi, sah-sah saja. Suara Lucky yang berat, memang cocok dengan lagu ini, hanya saja, ya itu tadi, perlu jam terbang lebih banyak.

Sementara itu, Erwin Gutawa menyajikan lagu ini lebih groovy, ditambah gesekan biola dari Hendry Lamiri dan kocokan gitar Tohpati juga cukup dominan mengiringi sepanjang lagu. Lebih cocok didengarkan atau dinyanyikan dalam suasana bahagia. Point saya berikan untuk versi 2007, karena berhasil menjadikan lagu ini lebih unik.

Merepih Alam
Adalah salah satu lagu favorit saya. Versi 1999 tampil dengan aransemen yang dominan suara gitar akustik, versi 2007 tampil dengan petikan gitar saja. Audi berhasil membawakan lagu ini dengan baik, apalagi dengan hanya 'ditemani' oleh petikan gitar, lagu ini menjadi lebih syahdu, cocok untuk jadi 'teman' malam. Petikan gitar akustiknya juga berhasil membawakan suasana lagu menjadi lebih romantis, emosional dan sentimentil. Saya menyukai kedua versi lagu ini, tapi karena harus memilih, maka point saya berikan untuk versi 2007.

Semusim
Jika Erwin memilih untuk menonjolkan unsur ethnic pada lagu ini, Andi Rianto memilih kesan modern. Keberanian Erwin memadukan Chrisye dengan Waljinah yang pesinden itu, menjadikan lagu ini cukup menarik didengarkan. Pemilihan beberapa alat musik ethnic menjadikan lagu ini terasa eksotis, meskipun kadang-kadang serasa mendengarkan Wayang Kulit juga sih. Namun, pilihan Andi Rianto dengan melibatkan Winky Wiryawan sebagai DJ di versi terbaru, patut diancungi jempol. Nuansa 70-an berbalut musik dugem atau disko, boleh juga. Cocok sebagai lagu pengiring senam dan bergoyang di pagi hari. Ini bukan sebuah penghinaan lho, tapi memang enak didengarkan sambil bergoyang. Hanya saja, Raihanuun yang menyanyikan lagu ini, terasa kurang cocok dengan musik. Kalau saya merasa lagu ini akan cocok jika dinyanyikan oleh Melly Goeslaw yang bisa lebih centil.

Saya lebih menyukai versi terbaru untuk jadi pilihan. Dari total durasi hampir 6 menit, setengahnya adalah intro, tapi bagian itulah yang saya sukai.

Merpati Putih
Duh, sayang sekali, saya seperti mendengar kuntilanak bernyanyi di versi terbaru lagu ini, terkesan jadi horor sekali. Memang berhasil membuat saya merinding, sayangnya bukan merinding karena lagu ini luar biasa, tapi karena takut. Heu3x. Jangan-jangan, memang ini yang menjadi kelebihannya ya? Dan desahan-desahan Astrid itu, aduh, kok rasanya mengganggu sekali buat saya ya? Padahal lagu ini sangat sederhana sebetulnya, tidak terlalu memerlukan aransemen yang aneh-aneh. Pada lagu ini, musiknya juga cukup dominan oleh suara dari mesin sampling. Namun, andaikan lagu ini tidak pernah ada sebelumnya, saya jamin lagu ini akan cepat dilupakan.

Erwin Gutawa berhasil menjadikan lagu ini sebagai lagu yang akan 'dirindukan' oleh mereka yang pernah mendengarnya. Dengan balutan orksestra, lagu ini memang terkesan sederhana, tapi kuat sekaligus megah. Pilihan saya untuk versi Erwin Gutawa.

Khayalku
Di album garapan Erwin Gutawa, lagu ini adalah yang paling saya sukai, tapi di versi terbaru saya kecewa berat dengan lagu ini. Tadinya saya berharap lagu ini bisa lebih menggigit. Duet Chrisye dan Nicky Astria, dibalut kesolidan musik dari Erwin Gutawa, Eddy Kemput, Thomas Ramdhan dan Ronald, dalam banyak hal tidak 'terkejar' oleh versi terbaru. Memang menawarkan sesuatu yang baru, tapi juga banyak yang hilang dari lagu ini. Warna dan nuansa lagu ini juga menjadi tidak terlalu jelas, terlalu tanggung untuk disebut rock, tapi tidak bisa juga disebut pop, sementara penyanyinya, Paul t-Five, berwarna R&B. Entah saya salah atau tidak, tapi saya merasa penyanyi dan musiknya tidak nyambung, bahkan seperti memaksakan diri. Belum lagi dari aransemen lagu, Erwin berhasil menggarap lagu ini lebih apik dengan balutan musik yang lebih progressive, sehingga tidak cepat membosankan. Sialnya, kebosanan inilah yang, belum apa-apa, sudah saya rasakan saat pertama kali mendengar versi terbaru. Sayang sekali memang. Point untuk versi 1999.

Baju Pengantin
Versi 1999 disajikan dengan musik orkestra, lebih emosional. Pada beberapa bagian terasa ruang kosong yang bisa membangkitkan imajinasi kita untuk mengisinya dengan musik-musik tambahan kita sendiri. Ruang kosong itulah yang menjadikan suara Chrisye di lagu ini juga terasa dominan. Hebatnya Chrisye, dengan suaranya yang sederhana, bisa menjadi ruh dari lagu ini.

Versi terbaru lebih nge-pop. Bagus, tapi nuansa musik malah mengingatkan pada lagu Kesan Dimatamu yang dibawakan Chrisye awal 90-an. Terutama dari beberapa suara alat musik yang menonjol. Marshanda juga pas menyanikannya. Namun, secara keseluruhan, lagu ini berhasil disajikan dengan baik. Akan tetapi, pilihan saya jatuh pada versi 1999.

Serasa
Di album versi 1999, lagu ini adalah yang paling meriah dan paling panjang durasinya. Bernuansa musik-musik festival atau musik tahun 80-an, dan terkesan ramai sekali. Sepertinya lagu Semusim versi 2007 juga 'mencontek' aransemen lagu ini. Diakhiri oleh solo panjang dari Hendry Lamiri dan rampak gendang...dan kesan yang saya dapat, ya itu...ramai!

Pada versi terbaru, agak jazz juga, dibawakan oleh Ello. Namun, saya tidak merasakan sesuatu yang special pada lagu ini, sehingga tidak sampai menarik perhatian saya untuk ingin selalu mendengarkan. Pada dasarnya, saya juga memang kurang menyukai lagu ini. Akan tetapi, pilihan saya jatuh pada versi Erwin.

Angin Malam
Pertama kali saya mendengarkan lagu ini ketika saya sedang sentimentil sekali di zaman SMA dulu, mendengarkan di radio menjelang tengah malam, dan saya langsung menyukainya. Bahkan menjadi salah satu lagu yang paling sering saya dengarkan hingga saat ini. Dengan intro piano, untuk selanjutnya disambung oleh orkestra dan sedikit sentuhan gitar akustik, lagu ini menjadi sangat megah, tapi tetap sederhana. Sepanjang lagu, suara piano sangat dominan. Saya salut kepada Erwin Gutawa yang berhasil memikirkan detil musik dari lagu ini, luar biasa.

Andi /rif mendapatkan tugas berat menyanyikan lagu ini. Dengan suara serak-serak beceknya, dia memang berhasil membawakan lagu ini dengan cukup baik. Berhasil juga menawarkan warna baru dari lagu ini, tapi itupun tidak lepas dari baiknya aransemen lagu ini yang dominan petikan gitar akustik. Seperti Merepih Alam yang dibawakan oleh Audi, lagu ini cocok didengarkan saat malam hari. Saya menyukainya, tapi versi 1999 masih lebih baik secara keseluruhan.

Pelangi
Giliran Glen Fredly yang kebagian tugas berat lainnya. Lagu paling populer di album ini. Yuni Shara pun pernah mempopulerkan lagu ini pada medio 90-an. Sayangnya, Glen tidak didukung oleh aransemen seluarbiasa, segagah dan semegah versi 1999. Aransemennya cenderung biasa-biasa saja, tipikal lagu-lagu Glen, tidak menawarkan warna baru. Meskipun, dengan nuansa semi-jazz dan R&B, lagu ini jadi terasa lebih eksklusif. Kenapa ya, aransemen di album terbaru cenderung membosankan? Termasuk juga aransemen lagu ini.

Salah satu alasan saya mengagumi versi 1999, karena berhasil memainkan emosi saya dengan aransemen musiknya. Inilah nilai lebih dari seorang Erwin Gutawa. Sulit ditebak, sehingga tidak menjadikan cepat bosan ketika mendengar lagu tersebut berulang-ulang. Dan Pelangi di tangan Erwin menjadi salah satu lagu yang paling kuat dari sisi aransemen musik, meskipun pada tahun 1999 lagu ini tidak terlalu populer. Selain itu, gebukan Drum dari Ronald cukup memberi pengaruh unsur rock pada lagu ini. Satu lagi point untuk versi 1999.

Matahari
Efek suara Sitar dari Gitar Dewa Budjana dominan mengiring sepanjang lagu ini di versi 1999. Itu juga yang menjadikan lagu ini menarik. Selain itu juga suara suling pada beberapa bagian lagu, dan juga suara-suara kendang menjadikan lagu ini terasa eksotis. Menariknya, di lagu ini, Chrisye diduetkan dengan Aning Katamsi, yang menyumbangkan suara seriosanya. Di album aslinya, Chrsiye berduet dengan ibu dari Aning Katamsi. Selain itu, paduan suara dari Impromptu juga membantu menambah kekayaan khazanah lagu ini.

Sementara itu, tidak banyak yang ditawarkan dari versi 2007. Meskipun dari sisi aransemen, lagu ini sudah bagus. Namun, bagi yang tidak menyukai versi 1999, versi 2007 bisa menjadi alternatif dalam menikmati lagu Matahari. Versi 1999, mendapat nilai lebih dari kekayaan unsur yang terlibat didalamnya.

Badai Pasti Berlalu
Aransemen musik versi 1999 sebetulnya sangat sederhana. Sepanjang lagu, yang paling dominan adalah pengulangan dari nada-nada keyboard dan gebukan drum yang itu-itu saja. Namun, di sepanjang lagu itu juga, keluar-masuk unsur-unsur lain. Saluang, Serinai, Paduan Suara dan perkusi. Dan menjelang akhir lagu, semua unsur itu masuk menjadi satu. Jadi, dari awal sampai akhir lagu, emosinya semakin menaik, meskipun temponya tidak berubah.

Pada versi baru, sebetulnya lagu ini digarap dengan baik. Namun, saya merasa Ari Lasso tidak memberikan penjiwaan yang cukup pada lagu ini, jadi seperti tidak punya ruh. Mengalir begitu saja, tiba-tiba sampai di akhir lagu. Seperti beberapa lagu lainnya, lagu ini juga malah terkesan membosankan. Akan tetapi, jika dibandingkan versi 1999, saya tentu akan memilih versi baru untuk konsumsi telinga saya.

Hasil akhir, 7:4 untuk versi 1999. Terlepas dari subyektivitas penilaian, saya tetap menyatakan apresiasi yang setinggi-tingginya untuk mereka yang terlibat dalam penggarapan kedua album ini. Lagipula, mereka juga tidak akan terpengaruh oleh penilaian saya ini, baca saja belum tentu. Penilaian ini juga dilakukan oleh orang yang tidak terlalu ahli memainkan alat musik atau mengaransemen lagu, hanya seorang penikmat musik saja. Namun, alangkah baiknya jika ternyata penilaian saya yang seadanya ini juga ternyata bisa memacu para musisi kita untuk menyajikan musik-musik yang berkualitas.

S 3 k 3 l 0 4. 210607. 10.37.

Labels: ,

Posted by Donny @ 11:22 AM

Ada 3 orang yang cuap-cuap :

At 22 June, 2007 17:17, Anonymous Anonymous said...

Kalo saya tetep sukanya lagu "Untukku"

sama "Surya Tenggelam" (kesannya dramatis banget)

 

At 24 June, 2007 21:50, Anonymous Anonymous said...

Ini lagu memang legendaris, dari saya kecil sampai sekarang tetep ajah enak didenger.

Bagi MP3-nya dong heheheh ...

 

At 25 June, 2007 22:21, Anonymous Anonymous said...

@Warastuti:
justru 2 lagu itu yang kurang saya sukai, album BPB memang yang paling keren sih menurut saya + lagu "Damai Bersama-MU" dan "Ketika Tangan dan Kaki Bicara" :)

@Riyo
ada tuh, mau? :D tukeran dong sama versi lamanya...;))

 

Post a Comment

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza