My Photo
Name:
Location: Bdg, Bgr, Jawa Barat, Indonesia

Posted At Saturday, May 05, 2007

Alastu Birobbikum?
Tulisan kali ini adalah sebuah penepatan janji terhadap Opie yang sudah lama sekali terbengkalai. Dia meminta saya untuk membahas tentang apakah setiap orang adalah muslim sejak lahir? Kira-kira begitu pertanyaannya. Sebetulnya saya heran juga, yang lulusan pesantren itu siapa sih Pie? Saya atau kamu? ;)) Seharusnya kan saya yang banyak nanya sama dirimu tentang masalah-masalah Agama, kumaha ieu teh? Aya-aya wae...(pake logatnya Jarwo di Republik Mimpi) :D

Saya kira tulisan kali ini tidak akan terlalu panjang, soalnya dalam perspektif Islam sudah jelas. Ayat Qur'an nya jelas, Haditsnya juga Sahih. Dalam Al-A'Raaf:172, Allah berfirman :

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-A'raaf:172)


Dalam ayat 172, pertanyaan "Alastu Birobbikum (Bukankah Aku Tuhanmu?)" dilakukan sebelum manusia lahir dan ditanyakan kepada keturunan anak-anak Adam (manusia). Itu artinya, pertanyaan tersebut ditanyakan kepada seluruh manusia. Sejak zaman Adam, hingga kiamat nanti. Dan seluruh manusia menjawab: "Balaa, Syahidnaa (Betul, kami menjadi saksi)". Itulah syahadat pertama manusia. Kapan dan di mana? Wallahualam. Dalam buku ESQ, Ary Ginanjar Agustian menyebut kejadian tersebut dengan istilah "Anggukan Universal". Maka, ketika manusia lahir, fitrahnya adalah seorang Muslim. Kita memang tidak bisa mengingat kejadian tersebut, oleh karena itu Allah mengingatkan melalui Al-A'raaf:172. Memilih percaya atau tidak, itu adalah bagian dari keimanan kita.

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa setiap bayi terlahir sebagai Muslim, orangtuanya lah yang menjadikan anak tersebut menjadi Nasrani, Yahudi atau Majusi. Kalau boleh saya tambahkan, termasuk Agama-agama lain juga. Dengan adanya keterangan Hadits tersebut, semakin menguatkan isi dari 'Al-Araaf:172.

Mungkin, kita pernah mendapatkan pertanyaan : "jika orang yang non-muslim masuk Islam harus melakukan syahadat, trus yang terlahir dari keluarga muslim, kapan syahadatnya?". Sebetulnya, Al-A'raaf:172 dan hadits di atas sudah menjawab pertanyaan tersebut. Intinya, semua orang adalah muslim pada mulanya. Jika Islam dianalogikan sebagai rumah, syahadat adalah pintu masuk ke dalam rumah tersebut. Jika orang-orang dari luar rumah tersebut ingin masuk ke dalam rumah, etikanya tentu harus mengetuk pintu dulu agar dibukakan dan bisa masuk ke dalam rumah. Nah, jika muslim adalah penghuni rumah tersebut, apa perlunya mengetuk pintu rumah tersebut? Mengucapkan syahadat diperlukan untuk orang-orang yang 'keluar' dari Islam, jika sejak lahir kita di dalam Islam, untuk apa lagi kita mengucapkan syahadat? Kita kan tidak pernah keluar dari rumah tersebut, tentu aneh kalau kemudian kita harus mengetuk pintu. Bedakan antara syahadat dan mengucapkan syahadat. Syahadat adalah pintu, batas antara muslim dan non-muslim. Sedangkan mengucapkan syahadat adalah mengetuk pintu, jika mengetuknya benar, pintu akan terbuka, dan orang-orang di dalamnya akan selalu menyambut dengan senang hati.

Sebetulnya yang paling menarik adalah tujuan dari diingatkannya kejadian tersebut oleh Allah.
Agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" (Al-A'raaf:173)


Argumen yang bisa dimengerti, namun ternyata tidak berarti dihadapan Allah. Karena apa? Karena manusia memiliki akal yang bisa digunakan untuk mengetahui kebenaran. Kecuali tidak ada satu pun informasi mengenai Islam atau tidak mendengar tentang Islam sama sekali, masalahnya lain lagi. Dalam sejarah Islam, Salman dikenal sebagai seorang pencari kebenaran sejati yang berpetualang jauh ke luar kampung halamannya. Meskipun orangtuanya Majusi, tapi dia 'tidak puas' dengan agamanya itu. Maka dicarilah kebenaran itu. Sehingga akhirnya dia menemukan Islam, dan meninggal dalam pelukan Islam. Jadi, terlahir sebagai anak dari orangtua yang non-muslim, tidak bisa dijadikan alasan untuk lepas dari hukuman. Makanya, terlahir sebagai muslim adalah sesuatu yang sangat saya syukuri.

Maaf kalau bahasan tentang ini kurang mendalam, hanya itu yang terpikir oleh saya. Mungkin karena bagi saya masalah ini sudah cukup jelas (atau kurang bahan) :D. Wallahualam.

S 3 k 3 l 0 4. 010507. 00.40.

Labels: ,

Posted by Donny @ 9:06 PM

Ada 1 orang yang cuap-cuap :

At 09 March, 2010 15:06, Anonymous Much Tohar said...

Bahasa yang tepat bukanlah mengucapkan tetapi "ikrar" juga sumpah, juga persaksian.

 

Post a Comment

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza