Psycho Avatar

Posted At Monday, July 23, 2007

Bagoooosssss
Inilah beberapa pesan dari sms, email, YM, forum atau pun yang langsung ke telinga saya dalam 2 minggu terakhir...
"Don, siap ya jadi panitia nikahan saya...tanggal 5 Agustus"
"Don, Insya Allah, gua nikah tanggal 4 Agustus di Jakarta...ajak temen-temen yang lain ya?"
"Insya Allah, menikah, 4 Agustus 2007, di Tangerang..."
"Pastinya sih tanggal 4 Agustus 2007..."
"Kang, datang ya tanggal 12 Agustus, di Garut...mohon do'a restunya..."
"A...insya allah, saya nikah tanggal 12 Agustus di Sukabumi..."

Bagoooosssssss....
Bagaimana dengan perasaan saya? Bingung. Maunya semua didatangin satu-satu...kalau di Bandung semua sih, bisa tuh, lha ini...lintas kota semua. Badan saya juga cuma 1. Jadi...lihat saja nanti, mana yang akan saya pilih. Mungkin hanya do'a saja yang bisa saya kirim dari sini.

Di satu sisi, saya sangat berbahagia dengan kebahagiaan mereka...di sisi lain, dunia terasa semakin menghimpit saja buat saya. Heuheuheu...

Entah berapa kali saya terlibat obrolan seperti ini...
"Don, kapan rencana nikah...?"
"Pengennya tahun ini..."
"pastinya...?"
"targetnya sih september, kan pengen ngerasain Ramadhan bareng istri...hehehe"
"wah, siapa calonnya?"
"belum ada..."
"heh...? itu kan beberapa minggu lagi...?"
"ya, begitulah..."
"trus?"
"trus apanya...?"
"mau nikah sama siapa...?"
"heuheuheu..."
Gag penting banged ya?

Ciheulang. 230707. 19.31.

Labels:

Posted At Saturday, July 21, 2007

Peliharaan Baru
Tambah lagi 'peliharaan' baru. Goodreads menawarkan sesuatu yang menarik bagi para pembaca dan pecinta buku. Bergabung sebagai member goodreads menjadikan kita dapat mengetahui buku-buku apa saja yang sedang, pernah dan akan di baca oleh teman-teman kita. Sebetulnya tidak berbeda jauh dengan Friendster, hanya lebih difokuskan untuk orang-orang yang tertarik terhadap buku. Pun kita dapat membaca review teman-teman kita terhadap buku-buku yang dibacanya, sekaligus bisa mendiskusikannya, dengan meninggalkan comment tentunya.

Saya pun belum lama bergabung, lihat saja profile saya di Goodreads untuk mengetahui buku apa saja yang sedang saya baca, yang sudah saya baca, yang akan saya baca dan yang saya miliki. Saya sengaja tidak memberikan review di goodreads, kan ada katapengantar...jadi tidak mungkin saya abaikan. Atau...saya tulis dua-duanya aja kali ya?

Dengan adanya Goodreads, sebetulnya memudahkan saya untuk share daftar buku yang saya miliki. Kalau teman-teman ada yang mau pinjam atau sekedar ingin tahu koleksi buku saya, tinggal lihat saja di sana. Gampang kan? Tentunya saat ini belum banyak...hanya yang saya ingat di kepala saja.

Ciheulang. 210707. 16:37

Labels: ,

Posted At Wednesday, July 18, 2007

Camera and Me
Dalam 2 minggu terakhir, saya terlibat lagi dalam beberapa acara. Pernikahan teman di Lampung, Kemah Juara Rumah Zakat, Daurah SSG Cibeunying serta jadi saksi sekaligus dokumentator acara khitanan anak seorang teman. Entah kenapa, dalam moment-moment tersebut, sengaja atau tidak, saya selalu berinteraksi dengan sebuah benda yang namanya kamera. Mungkin juga karena saya yang selalu 'gatal', tidak bisa lihat kamera bagus, bawaannya ingin 'ngoprek' dan pinjam. Atau juga karena teman-teman tahu kalau saya suka dengan fotografi.

Alhamdulillah, saya bisa merasakan menggunakan beberapa jenis kamera, dari level terendah sampai level tertinggi, bahkan handycamp. Level terendah, tentu saja kamera saya, Olympus Camedia C-160, karena di moment-moment tersebut saya selalu membawa serta kamera tersebut. Bahkan ketika survey tempat untuk acara Daurah SSG. Kamera ini tidak jelek-jelek amat, tapi juga sulit untuk dikatakan bagus. Saya kira, cukup, jika hanya digunakan untuk orang-orang yang tidak peduli dengan serba-serbi kamera dan fotografi. Fasilitasnya pun pas-pasan. Dengan resolusi sampai 3.2 Megapixel dan hanya mengandalkan Digital Zoom 2.5x, masih cukup untuk mengambil objek-objek sampai 10 meter. Namun, karena tidak memiliki Optical Zoom, gambar yang dihasilkan cenderung pecah ketika melakukan zooming untuk jarak yang agak jauh. Selain itu, kemampuan kamera ini untuk menangkap objek dalam kondisi cahaya terbatas seperti dalam ruangan atau di malam hari, bahkan sore hari menjelang maghrib pun, sangat payah. Meskipun masih bisa diakali dengan menaikan exposure. Berikut adalah beberapa hasil dari Olympus C-160.
Dalam acara Daurah SSG, saya pun 'dititipi' sebuah kamera oleh Ayu, anggota baru SSG Wilayah Cibeunying. Casio Exilim, entah seri ke berapa...saya lupa mencatatnya. Meskipun interaksi saya dengan kamera tersebut sempat terjadi beberapa minggu sebelumnya. Akan tetapi, saya tidak sempat 'ngulik' fasilitas-fasilitas yang ada. Hasil yang diperoleh jauh lebih baik dibandingkan Olympus C-160. Bisa 3x Optical Zoom plus Digital Zoom, dengan resolusi sampai 7.2 Megapixel. Tersedia pilihan ISO 100, 200 dan 400. Hanya saja, saya belum pernah menggunakan kamera tersebut di malam hari, hanya di dalam ruangan, dan hasilnya tidak terlalu mengecewakan, meskipun tanpa menggunakan flash/blitz. Seingat saya, kamera ini belum memiliki opsi untuk memilih Aperture ( bukaan diafragma lensa ) dan Shutter Speed, nampaknya diset otomatis.

Kamera yang lebih baik dalam hal feature dan performa adalah Kodak EasyShare DX6490. Saya berinteraksi dengan kamera tersebut ketika mengantarkan teman saya, Ipuy, menikah dengan wanita pilihannya di Lampung. Kamera ini sudah memiliki opsi untuk memilih Aperture, Shutter Speed dan ISO, 3 unsur penting dalam sebuah kamera ideal. 10x Optical Zoom dan 4.0 Megapixel. Oleh karena itu, kamera ini sudah mendukung penggunaan kamera dalam mode Aperture Priority (A atau Av), Shutter Priority (S) dan Manual (M). Bagi yang tertarik untuk mendalami fotografi, kamera ini cocok sebagai media belajar, karena segala kebutuhan sebuah kamera ideal ada pada kamera ini. Sebuah kamera semi-DSLR. Ketika menggunakan kamera ini, saya memakai mode Aperture Priority (A). Dengan mode ini, berarti saya bisa menentukan bukaan diafragma (Aperture) secara manual, saya paling suka dengan Aperture yang paling kecil nilainya f/2.8 atau f/3.2, sementara Shutter Speed diatur oleh kamera secara otomatis. Dan hasilnya...

Sementara dalam acara Kemah Juara Rumah Zakat, saya sempat menggunakan 5 buah kamera dengan merk dan jenis yang berbeda. Sayangnya, saya tidak sempat mengingat merk dan seri kamera-kamera tersebut. Ada 2 buah kamera yang bikin saya 'ngiler' dan ingin menangis gara-gara kabita pisan...2 buah kamera Nikon DSLR, entah seri ke berapa, yang digunakan oleh fotografer sewaan, yang ternyata satu almamater dengan saya. Saya sempat mencoba kedua kamera tersebut dan mengambil beberapa objek...dan hasilnya? Luar biasa. Apalagi, lensa yang digunakan juga bukan lensa standar, tapi bisa menangkap objek dengan jelas sampai jarak 40 meter. Serasa jadi fotografer beneran...Sayangnya, saya tidak bisa menampilkan hasil jepretan dengan kamera tersebut, karena saya tidak sempat meminta gambarnya. Sampai saat ini sedang saya usahakan untuk mendapatkan gambar-gambar tersebut.

Ada satu pemandangan yang sempat saya tangkap, yaitu ketika salah seorang peserta/panitia kegiatan tersebut membaca Al-Quran di bawah pohon, dengan pencahayaan sinar matahari pagi, sekitar jam 7 pagi. Diam-diam, saya mengambil moment tersebut dengan kamera DSLR yang saya gunakan. Dan hasilnya...keren!! An awesome view. Diantara seluruh objek yang saya ambil, gambar itulah yang paling ingin saya miliki.

Sebuah kamera lagi yang dititipkan kepada saya, Canon kalau tidak salah, entah seri ke berapa, tapi bukan DSLR. Riska yang menitipkannya kepada saya, sesama seksi dokumentasi dalam acara Kemah Juara. Hasilnya tidak berbeda jauh dengan Casio Exilim milik Ayu. Padahal, kamera Riska lebih lengkap fasilitasnya. Memiliki opsi Aperture dan Shutter Speed juga, seingat saya. Pun didukung oleh fasilitas Optical Zoom. Namun, hasil keduanya setara.

Sebuah pengalaman menarik ketika saya diminta untuk mengabadikan moment khitanan Hanif, putra teman saya. Meskipun datang terlambat, saya sempat mengambil beberapa gambar proses khitanan tersebut. Bahagia rasanya menjadi saksi sebuah moment penting, dan mengabadikannya. Saya pikir, itulah sisi menarik dan kepuasan seorang fotografer. Saya sempat bingung juga ketika ditanya, kenapa tertarik fotografi? Sekarang saya tahu jawabannya :) Ruginya jadi fotografer, jarang jadi objek yang difoto :)) tapi, saya sih senang seperti ini, soalnya kalau difoto, sudah kehabisan gaya alias mati gaya. Heu3x. Bahkan, Widi pernah nyeletuk..."Don, lu mah nggak fotogenik, susah amat nyari sisi menariknya buat difoto..." Inget kan Wid? Heu3x.

Kesimpulan saya...meskipun dalam fotografi juga ada kaidah "The Man behind The Gun", alias tergantung siapa yang menggunakan kamera, tetap saja, kamera yang lebih baik cenderung membantu orang lebih kreatif dan menghasilkan gambar yang lebih baik. Setidaknya berdasarkan pengalaman saya, seperti itu kasusnya. Namun, jika saya ditanya, bagusnya punya kamera yang seperti apa? Ya...tergantung tujuan penggunaan juga dan...tergantung kemampuan dompet kita juga. heu3x.

S 3 K 3 L 0 4. 180707. 8:25.

Labels: ,

Posted At Tuesday, July 17, 2007

Blog Adventure
Orang yang satu ini memang aneh...sementara saya masih dalam tahap 'memikirkan' untuk mencetak tulisan-tulisan dalam blog ini, dia sudah melakukannya dan 'menyebarkan' versi cetak dari blog ini ke teman-temannya. Dan katanya, berhasil menginspirasi orang lain. Walah...! Selain itu, belum lama ini, dia bermimpi...suatu ketika dia main ke gramedia dan mendapatkan beberapa buku bertuliskan nama saya sebagai penulis. Huahahaha...Ammmiiinnnn!! Saya saja belum pernah punya mimpi seperti itu dalam tidur saya. Katanya pula, saya adalah salah satu penulis yang dikaguminya selain Andrea Hirata. Well, i'm speechless. Duh, udah mulai nggak enak nih hidung...Heuheuheu. Dia juga yang pernah mengoreksi tulisan saya habis-habisan, sehingga bentuk tulisan saya jadi 'lebih enak' dibaca, katanya. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh orang ini dan ini, masihkah? Meskipun tanpa mimpi ke gramedia serta nggak pake acara koreksi tulisan dan kagum-kaguman segala...hihihi.

Saya tidak bermaksud bernarsis-narsis ria di sini...hmm, okelah, sedikit...boleh kan? Hihihi...Hanya saja saya selalu heran sekaligus kagum terhadap efek dari sebuah tulisan kepada orang lain. Awal mula saya memutuskan untuk nge-blog juga berawal dari kekaguman saya terhadap para penulis dari komunitas Aksara Salman. Dan kekaguman saya berawal dari tulisan-tulisan yang ada di buletin Jum'atan, Kronika, sekarang sudah berubah nama menjadi Iqra. Saya pun mengoleksi buletin tersebut tiap Jum'at. Diam-diam saya mengagumi sekaligus 'ngefans' dan iri terhadap para penulisnya, meskipun tidak pernah bertemu muka sekali pun. Dari situ, saya merasakan 'kedekatan emosi' dengan penulis-penulisnya. Terus terang, saya sempat penasaran..."seperti apa sih mereka?" Bahkan, saya diam-diam menghadiri acara pernikahan salah satu penulisnya di Masjid Salman, Ramadhan tahun lalu. Itu pun karena saya mengetahui 'undangannya' dari blog penulisnya.

Bermula dari kesukaan 'adik asuh' saya di Birama baca-baca blog orang lain, saya mendapati nama-nama Rakhmita Akhsayanti, Yuti Ariani, Sari Alessandra, Warastuti, Ulfah Mardiah dan nama-nama lainnya di salah satu blog. Nama-nama tersebut adalah para penulis yang saya 'kagumi' itu. Lho, kok perempuan semua? Seingat saya, mereka lah yang paling sering menyumbang tulisan di Kronika ketika itu. Saya pun baru mulai nge-blog waktu itu, posting tulisan-tulisan nggak jelas. Sejak saat itu, saya pun jadi rajin memantau tulisan-tulisan mereka, sesekali memberi komentar khas saya yang nggak jelas juga...hehehe. Meskipun saya belum pernah sampai menyimpan tulisan-tulisan blog mereka apalagi mencetaknya. Dari blog mereka juga blog-adventure saya terhadap blog-blog 'bagus' lainnya dimulai.

Adapun yang menarik perhatian saya adalah gaya tulisan mereka yang 'nyastra' sekaligus 'intelek', pun pilihan kata dan diksi yang digunakan. Entah karena mereka perempuan semua atau sudah lama menulis, yang jelas semuanya para pelahap buku, ITB banget lah...:D Sebuah bukti lagi bahwa kemampuan menulis berbanding lurus dengan kesukaan membaca buku. Bandingkan dengan saya yang membaca buku hanya kalau ingat dan saat susah tidur saja...:)) Wajar jika kemudian saya seringkali merasakan kemandegan dalam menulis karena kehabisan bahan, plus gaya bahasa dan diksi yang begitu-begitu saja. Kalau mereka mau, tulisan-tulisan mereka bisa saja dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku, entah perorangan atau satu kelompok, kemudian tawarkan kepada penerbit. Insya Allah, bisa tembus. Kalaupun tidak, cetak sendiri dan edarkan atau pasarkan sendiri. Be Independent? Why not?

Jika ada yang harus diterimakasihi, mungkin mereka yang layak mendapatkannya. Dari mereka saya belajar tentang 'indahnya' dan luar biasanya sebuah tulisan, meskipun sederhana. Dan dari mereka juga saya belajar bahwa seorang guru pun tidak mesti orang-orang yang terkenal atau luar biasa. Bisa jadi, dari orang-orang yang tidak terkenal dan sangat biasa itulah kita belajar lebih banyak. Dan kepada mereka...saya masih saja iri.

S 3 K 3 L 0 4. 170707. 5:34.

Labels: ,

Belajar dari Ilalang
Jika perjuangan yang kita hadapi dapat kita ibaratkan membabat ilalang ribuan hektar, sedangkan kita hanya punya sebilah pisau, lakukanlah itu! Jangan menunggu engkau punya traktor. Gunakanlah pisau itu sebaik-baiknya dan tunjukkanlah kepada Allah bahwa engkau sungguh-sungguh dalam bekerja. Mungkin, ketika engkau membabat ilalang dengan pisau seperti itu, hasilnya hanya beberapa meter dalam sehari. Engkau babat depannya, lusa ilalang di belakangmu tumbuh kembali. Engkau babat yang belakang, yang depan tumbuh pula. Lalu, ketika engkau babat yang kiri, yang di sebelah kanan merimbun lagi, dan jika engkau babat yang kanan, yang kiri tumbuh menjadi. Namun, apa pun hasilnya, kerjakanlah! Sebab, saat itu, Allah yang Maha Tahu sedang melihatmu. Jika Dia melihatmu bersungguh-sungguh menggunakan pisaumu, esok atau lusa, Dia akan memberimu golok. Gunakanlah golokmu sebaik-baiknya, dan bersungguh-sungguhlah dalam bekerja. Sebab, jika engkau sudah pandai menggunakan golok, kapan-kapan Allah akan memberimu traktor. Jika sudah begitu, apa yang tidak dapat kamu lakukan?


Kutipan di atas saya dapatkan dari buku Pelangi Islami 1, terbitan Khazanah Intelektual, yang merupakan kumpulan artikel dari Dr. Afif Muhammad, MA. Judul tulisan ini pun sengaja saya ambil dari judul yang sama dengan salah satu artikel tersebut. Beliau pun mengutipnya dari 'Allamah Abul A'la Maududi, salah seorang ulama terdahulu. Bukan tanpa alasan saya mengutip nasihat tersebut. Sejujurnya, saya merasa nasihat itu ditujukan kepada saya secara langsung. Nasihat semacam ini, sekali lagi, berhasil 'menampar' secara telak untuk menyadarkan saya agar tidak selalu mengeluh dalam bekerja.

Seringkali, dalam melakukan sesuatu, muncul bermacam pikiran yang 'mengeluhkan' kondisi saat ini.
"Ah, andai aku punya laptop, mungkin kerjaku akan maksimal..."
"Kalau gua punya kamera DSLR, gua yakin foto-foto yang gua ambil bakalan lebih bagus..."
"Gara-gara nggak punya motor nih...gua kejebak macet melulu, jadi aja telat terus..."
Dan bermacam-macam 'keluhan' sejenis. Padahal, ketika kemudian apa yang kita inginkan itu kita miliki, seringkali tidak mengubah keadaan. Kalaupun ada, tidak banyak, karena permasalahan yang sebenarnya adalah mental kita.

Dalam salah satu ceramahnya, Ustadz Dudi Muttaqien pernah mendefinisikan tentang rasa syukur. Orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang menerima atau ridha dengan apa yang dimilikinya, dan menggunakannya secara optimal. Dengan mengoptimalkan apa yang ada, diharapkan akan memberikan manfaat bagi dirinya, keluarganya dan syukur-syukur bisa untuk orang lain. Itulah yang kemudian disebut dengan barakah. Betapa agungnya nilai rasa syukur, sehingga Islam menempatkan syukur sebagai salah satu pintu masuk ke dalam surga. Dan satu lagi pintu bagi orang-orang yang bersabar. Sepemahaman saya, syukur dan sabar merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika sikap sabar membentuk orang-orang yang selalu bersemangat dan pantang menyerah dalam hidup, maka sikap syukur akan membentuk orang-orang yang selalu ridha dengan hasil akhir yang didapatkan, baik atau pun buruk hasil usahanya tersebut. Kedua sikap inilah yang kurang muncul dalam diri kita pada umumnya, terutama di Indonesia. Dari sini, bisa ditarik kesimpulan bahwa barakah-nya sesuatu (ilmu, uang atau harta benda) berbanding lurus dengan sikap sabar dan rasa syukur.

Kutipan di atas pun secara tidak langsung menasehati kita untuk selalu bersabar dan bersyukur. Kita punya pisau, syukurilah itu! Kita punya komputer, syukurilah! Kita punya motor, syukurilah! Gunakanlah sebaik-baiknya untuk membantu pekerjaanmu, kemudian bersabarlah dengan apa yang kamu kerjakan! Suatu saat, mungkin ada orang yang melihat baiknya pekerjaan yang kita lakukan dan 'jatuh cinta' pada karya kita, sehingga tidak segan-segan untuk 'menghargai' kita atau karya kita dengan 'bayaran' yang tinggi. Bukan tidak mungkin pada akhirnya kita memiliki golok, laptop atau mobil, bahkan ketiga-tiganya sekaligus. Semuanya berawal dari sikap sabar dan syukur yang tertanam dalam diri kita. Inilah sikap mental yang wajib kita miliki, karena dengan kedua sikap inilah kita bisa survive.

Namun, bukan pula hal yang mudah untuk menjadikan sabar dan syukur sebagai karakter diri kita. Perlu latihan yang terus menerus, dan kita pun dituntut untuk sabar dengan latihan tersebut. Memang luar biasa perjuangan untuk bisa 'berhasil' dalam hidup, dan sedikit yang bisa bertahan dalam tempaan kehidupan, karenanya hanya sedikit orang yang benar-benar bisa disebut 'berhasil' dalam hidupnya. Dan saya selalu berusaha untuk menjadi bagian dari orang-orang yang sedikit itu.

Terus terang saja, saya 'terlambat' memahami syukur dan sabar. Saya benar-benar disadarkan atas pentingnya rasa syukur setelah memutuskan resign dari pekerjaan saya dahulu. Akan tetapi, karenanya saya juga mendapatkan pelajaran tentang kesabaran dari orang-orang yang berinteraksi dengan saya belakangan ini. Dan kini, tibalah pada bagian terberat dari semuanya...menghayati. Hayat berarti hidup, menghayati berarti menghidupkan. Dan menghidupkan, bukan hanya 'memikirkan' atau 'menangkap' makna yang terkandung di dalamnya...tapi melakukannya, mengamalkan, implementasi, aksi. Sebab tanpa aksi, apa yang bisa kita buktikan?

S 3 K 3 L 0 4. 170707. 3:08.

Tulisan sejenis : Istiqamah Kuadrat

Labels: ,

Posted At Monday, July 09, 2007

Heran Deh...

Katanya perempuan itu paling takut dipoligami...
tapi, setiap saya denger yang nyanyi...

jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia

justru perempuan yang paling banyak nyanyi.
Jangan-jangan kecurigaan saya selama ini benar, bahwa perempuan itu lebih 'suka' melihat perempuan lain menderita. Nggak ngerti deh ah...Meskipun lagu ini nge-top, seharusnya perempuan benci lagu ini, kenyataannya malah suka. Heran deh...

S 3 K 3 L 0 4. 090707. 23.35.

Labels:

Posted At Saturday, July 07, 2007

Too Bad, So Sad
Sayang sekali...

Dia masih anak sekolah, dua SMA
belum tepat waktu 'tuk begitu begini *

Jadi inget jargon seorang teman...Too Bad, So Sad! Kekekekeke...:p

*) Disadur dari lagu Anak Sekolah, Chrisye

S 3 k 3 l 0 4. 070707 (nice date, heh?!) 21.15
Tunduuuuuuh pisan!!

Labels:

Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza