Psycho Avatar

Posted At Monday, December 25, 2006

Surat Untuk Saya
Masih dalam keadaan lelah setelah pulang dari kegiatan yang memang sangat melelahkan yang insya allah akan saya ceritakan di blog ini. Baru sempet baca-baca blog beberapa orang, dan saya menemukan sesuatu yang menarik.

Terkait tulisan saya yang berjudul Saya dan Polemik Poligami, teman saya Dina Mardiana, yang biasa dipanggil Obenk, memberikan tanggapannya di blognya dengan judul Surat untuk Donny. Saya pun sudah memberikan komentar di tulisan tersebut. Silahkan berkunjung ke blog nya bagi yang ingin membacanya...:D

Haurpancuh. 251206.22.18.

Posted At Friday, December 22, 2006

Bulan Bahagia : Barakallahu
Bener ya, ternyata deket-deket bulan haji itu musim kawin...:D

Setelah 3 minggu berturut-turut Andi "Mr. Spock" Rahmanto, disusul Andrian "Adiw" Rusnandi dua-dua nya teman SMA saya, disusul oleh Inayah Ika Agustia, Sabtu 16 Desember 2006 yang lalu. Dia adalah seorang wanita yang saya kenal gara-gara hobby iseng saya.

Setelah itu, ketika saya buka-buka email, menyusul kemudian Chintya "Manyun", Nur Ayu Lestari, anggota terakhir genk "Lestari" yang menikah, setelah jauh-jauh hari sebelumnya, Anjar Lestari vs Mumu Damanhuri, dan Nuryana Lestari menikah lebih dulu. Mereka adalah teman-teman SMA saya juga. Perihal pernikahan Ayu, Departemen PercenahanTM pernah memberi kabar bahwa Ayu sudah menikah sejak bulan Agustus, berbarengan dengan Yudho dan pernikahan Antin. Ternyata kabar resminya baru saya dapatkan sekarang. Email lain menyusul, Yudi Sarif Arifin akan menikah tanggal 7 Januari 2007 di Jatinangor. Dia adalah salah satu teman perjuangan saya di HIMA IF UNIKOM.

Belum lama, saya mendapatkan kabar lagi dari ayah saya, kakak sepupu saya, Wawan Rahwandi, akan menikah tanggal 5 Januari 2007 di Bogor.

Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fi khoir...Amin. :D

Tentang bulan bahagia, saya jadi teringat suatu ketika dimana saya dan Azhev, teman SMA juga menghadiri pernikahan sahabat kami, Andriansyah "Zamrud". Dalam perjalanan, kami iseng menghitung jumlah janur kuning yang kami temui pada jalur yang kami lalui. Saya berhasil menghitung sampai 30 janur kuning...di gang, di gedung, di depan rumah...berarti dalam sehari itu, ada 30 pasangan yang berbahagia yang kami "lalui" atau 60 orang.

Lalu, setelah 11 bulan menikah, minggu ini adalah minggu yang berbahagia bagi sahabat saya pasangan Beni M.Kadarisman dan Nurma "Hasna", karena telah dikaruniai seorang "pangeran", pada hari Minggu, 17 Desember 2006, sehari setelah pernikahan sahabat kami, Inayah. Sayangnya, daku belum dapat kabar tentang nama pangeran yang bersangkutan. Seorang laki-laki, terlahir dengan berat 3,5 kg dan panjang 50 cm. Tidak lama akan menyusul, Insya Allah, pangeran dari pasangan Lilik dan Ani, teman-teman di kostan saya di Sekeloa. Barakallahu.

Lantas...kapan nih saya akan mendapatkan undangan Agus Setiawan vs Anis? Herdyan "Thez" Fajar dan Kiki Novianti? Atau Eva Fatmawati Hidayat dan Hendra? Deden Hermansyah & Hera? Azhev dan Kori (masih...?), Ahmad "Ozie" Fauzi melawan Indri?

Lalu...kapankah saya menyusul? Kelak akan tersebar undangan..."Menikah, Donny Reza dan seorang wanita yang entah sedang berada dimana saat ini, yang pastinya saat ini juga sedang merindukan daku..:p. Bertempat di Masjid Salman, Jl. Ganeca. Tanggal : sesegera mungkin di tahun 2007..." Hahahaha...Entah kenapa saya kepengen banget ijab qabul di Masjid Salman, kepengen aja...Amin, ya Rabbal 'alamin...:D

Haur Pancuh, 00:07, 221206.

Posted At Thursday, December 21, 2006

The Art of Life : Jawaban untuk Pertanyaan Seorang Sahabat
Pada suatu malam yang cukup dingin, ketika saya sedang browsing di suatu warnet dekat kost-an, sebuah SMS menggetarkan HP dalam saku celana saya. Dari seorang teman, Catur. Isi SMS nya membuat saya berpikir keras untuk menjawabnya...

Don jawab pertanyaan gua! Dalam menjalani hidup apa kita mengikuti arus kehidupan ato kita sendiri yang membuat arus kehidupan itu? Jawabannya ditulis di blog lu.

Hah? Ini sih nyuruh otak saya kerja keras namanya, nyuruh curhat juga. Heuheuheu...Dirimu terlalu berlebihan menganggap diriku bisa menjawab pertanyaan itu. Tapi, karena sudah diminta, jangan salahkan kalau diriku bikin dirimu tersesat ya, Tur? Sebab saya bukan ahli agama, bukan juga ahli filsafat, pengalaman hidup juga belum lama, baru 24 tahun, dan sulit untuk bisa dikatakan sebagai seseorang yang sukses dalam hidup. Sebab...sekarang saja diriku sedang pusing memikirkan bagaimana caranya untuk bisa survive besok, lusa, minggu depan, tahun depan, meskipun sebetulnya hal semacam itu tidak perlu terlalu dipusingkan. Besok saja belum tentu masih hidup, tapi bermimpi untuk 50 tahun ke depan, kenapa tidak?

Jawaban untuk pertanyaan itu adalah...tergantung bagaimana kita memandang kehidupan itu. Kalau kita berpikir bahwa kehidupan adalah seperti perjalanan dari hulu sungai menuju lautan, maka jadilah bagian dari sungai atau lebih tepatnya jadi air itu sendiri, niscaya kita tidak akan tersesat dan sampai ke tujuan. Namun, resikonya adalah kita tidak bisa menolak dengan apa yang "pasti" terjadi, jalur yang berkelok-kelok, menabrak batu besar, turun ke jurang, ada saat tenang, ada saat ber-riak, kita tidak bisa berbuat banyak di sana. Tidak peduli apakah kita sudah lelah atau tidak, apakah kita suka atau tidak, mau atau tidak mau, arus sungai akan membawa kita, bahkan terkadang arus menyeret semakin cepat membawa kita. Sesekali mungkin kita bisa mendapatkan 'hiburan' dengan 'dibelokkan' untuk mengairi sawah. Itu nasib yang akan kita rasakan jika kita menjadi bagian dari sungai. Dan lebih parah lagi, mungkin kita tidak akan bisa mencapai tujuan atau bahkan lebih lama mencapai lautan karena terhalang bendungan, atau karena ketika masuk ke dalam tubuh manusia dan hewan, lalu berakhir menjadi kucuran air kencing sebelum akhirnya bergabung kembali dan mengotori 'saudara' se-air pada aliran sungai tersebut. Meskipun kita sampai tujuan, satu hal yang pasti, kita tidak sebening seperti pertama kita memulai perjalanan. Di tengah jalan tercampur limbah, tercampur sampah, bangkai hewan, kotoran manusia dan berbagai jenis penyakit terbawa sampai tujuan. Lebih mengenaskan lagi, kita lah 'penyebar' kotoran itu. Mungkin kita sudah tidak mengenal diri kita sendiri yang sudah terkontaminasi berbagai jenis kotoran tersebut.

Namun, lain hal-nya jika kita tidak menjadi bagian dari sungai tersebut. Katakanlah kita manusianya. Kita bisa saja berjalan di pinggir sungai, arus sungai tetap kita jadikan patokan, sehingga kita tahu kemana arah sungai tersebut. Dengan tahu nya arah sungai, mungkin kita bisa memotong jalan untuk mencapai ke suatu titik lebih cepat, tanpa perlu melalui jalan yang berkelok-kelok, menabrak batu besar, atau bendungan sekalipun. Namun, tidak berarti jalur yang kita ambil tanpa hambatan atau gangguan, bisa jadi jalur yang diambil lebih berat dan menyulitkan, namun pencapaian ke titik tertentu bisa lebih cepat, tidak perlu berputar-putar. Atau jika perlu kita membuka jalan baru sendiri, agar suatu saat orang lain bisa mengikuti jalur yang kita buat. Bisa jadi, kita lah yang membelokkan aliran air untuk mengairi sawah ketika melihat sawah yang kering. Selain itu, kita bisa lebih leluasa untuk menentukan kapan kita istirahat, kapan kita melanjutkan perjalanan, atau sekedar menikmati pemandangan di sekitar, atau sesekali kita menikmati berenang dan berarung jeram ria di sungai tersebut. Dengan menjadi bagian dari sungai, kita tidak bisa melakukan hal itu. Meskipun, bisa saja terjadi, ketika kita memotong jalan, kita menemukan perkampungan dimana ada wanita cantik di sana dan kita tergoda untuk kemudian tinggal di sana, sampai akhirnya kita lupa dengan tujuan kita. Sama juga, kita mungkin tidak sebersih seperti ketika memulai perjalanan, namun kita bisa meminimalisir tingkat kekotoran yang menempel pada tubuh kita, toh kita masih bisa mandi untuk membersihkan diri. Bandingkan dengan jika kita menjadi air sungai yang tidak bisa menolak apa pun yang dibuang kepadanya.

Katakanlah keduanya sampai ke tujuan, lautan, namun yang membedakan adalah pengalaman selama perjalanan. Pengalaman sebagai bagian dari air sungai, tentu berbeda dengan pengalaman sebagai manusia itu sendiri. Setiap pengalaman tentu saja memberikan 'sensasi' yang berbeda, bisa jadi pengalaman menjadi air lebih 'menarik', bisa juga sebaliknya. Sebagai manusia, kita mungkin merasakan pengalaman tersesat di hutan ketika memotong jalan, atau dikejar-kejar binatang buas. Bahkan, jika kita kembali ke hulu sungai yang sama guna menuju lautan lagi, mungkin kita akan mengambil jalan lain, yang memberikan pengalaman dan sensasi yang berbeda, atau mungkin mengikuti arus tersebut dari awal sampai akhir. Itu terserah kita. Lain halnya jika kita menjadi air, ketika kembali ke hulu sungai yang sama, mau tidak mau, kita melalui jalur yang itu-itu juga untuk mencapai lautan. Kita tidak memiliki pilihan lain di sini.

Contoh lain adalah ketika kita mau mencapai suatu tempat, ada beberapa cara, mau naik angkot, jalan kaki, naik motor atau apalah, yang penting sampai. Kalau naik angkot, kita sudah pasti mengikuti jalur yang sudah ditentukan, mau macet, mau tidak, mau lambat ataupun cepat, pokoknya lewat jalur itu. Misalkan kita kesal karena sopir angkot ngetem menunggu penumpang sampai penuh, atau belok isi bensin dulu, bahkan mogok sekalipun, kita tetap tidak bisa berbuat banyak, kecuali kita sopir angkotnya. Selain itu, kita harus membayar pula, berdesak-desakan, dan terkadang harus ribut dengan sopir angkot tersebut gara-gara masalah ongkos, belum lagi kalau ada copet. Lain halnya kalau kita naik motor atau jalan kaki, tidak ada aturan yang mengharuskan kita mengikuti jalur yang sama dengan angkot tadi. Mau isi bensin dulu, mau makan dulu, kita bisa sangat menikmati perjalanan itu.

Jika kita memandang kehidupan seperti belantara hutan yang tidak pernah terjamah oleh manusia, dan kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya, maka kita memang harus menjadi pembuka jalan jika ingin keluar dari hutan tersebut. Pada saat itu, mungkin intuisi atau naluri kita yang lebih banyak berperan, membaca tanda-tanda alam, bersahabat dengan alam sekitar, atau menjadi bagian dari alam itu sendiri untuk bisa beradaptasi dan tetap bertahan hidup. Sebab jika tidak seperti itu, maka kita akan berada di hutan itu selamanya dan menjadi 'santapan' alam.

Maka, pilihan kita sendiri untuk menjadi bagian dari arus kehidupan, atau membuat arus sendiri. Arus kehidupan seringkali menyeret kita sangat cepat, bahkan di saat kita tidak siap sekalipun. Sedikit sekali orang yang mau membuat arus sendiri, karena memang bukan pekerjaan yang mudah. Orang lebih tertarik untuk mengikuti arus yang ada, meskipun belum tentu arus tersebut membawa ke arah yang benar. Dan arus kehidupan juga mudah sekali dikendalikan oleh mereka yang berkuasa. Konsekuensinya, sebagai bagian dari arus kehidupan, kita harus mengikuti arus itu, meskipun kita tidak pernah tahu arus itu membawa kita kemana. Lain halnya dengan orang-orang yang memiliki arus sendiri, jalur sendiri, jalan sendiri, mereka tidak akan terpengaruh dengan perubahan arus yang ada, meskipun mereka harus tersisih. Namun satu hal yang pasti, mereka boleh bangga karena bisa membuat jalur kehidupan sendiri yang suatu saat mungkin akan diikuti oleh orang lain.

Nampaknya mudah sekali saya menuliskan ini, namun ternyata tidak semudah dan selancar kata-kata yang mengalir dalam tulisan ini saat melakukannya. Saat ini saja, saya mungkin seperti seseorang yang berada di hutan belantara yang kebingungan dengan apa yang semestinya dilakukan dan mencoba mengenal tanda-tanda alam untuk tetap survive di sana. Waktu lain, saya lebih mempercayai naluri saya untuk berjalan dalam kegelapan hutan tersebut. Kadang terpikir untuk sekali-kali 'nyebur' lagi ke arus kehidupan agar nasib menjadi lebih pasti. Bahkan, sering kali saya tergoda 'wanita cantik' yang saya temui di perjalanan, sehingga melalaikan saya dari apa yang seharusnya saya capai. Lebih parah lagi, kadang-kadang saya temukan arus lain yang lebih menjanjikan untuk memberikan jaminan hidup, meskipun membawa saya ke 'lautan' lain yang berbeda. Pada saat lain, saya memilih untuk berjalan kaki dan merasakan kebahagiaan, meskipun melelahkan, daripada naik angkot ngetem yang membiarkan penumpang tenggelam dalam kekesalan.

Jadi, gitu kali ya...? Saran saya, jika ingin kehidupan yang lebih dinamis dan banyak pilihan, jadilah pembuka jalan. Kalau ingin hidup yang serba mapan dan 'pasti', ikuti saja arus kehidupan yang ada. Intinya, ini adalah tentang bagaimana mengambil keputusan. Namun, satu hal, arus kehidupan bisa sangat kejam, sahabat...:D

Wallahualam,


S3K3L04. 191206. 02:44.

NB : Mudah-mudahan bisa menjawab pertanyaan lu, Tur...:D

Posted At Monday, December 18, 2006

Saya dan Polemik Poligami
Prolog

Setelah sekian lama ingin menulis tentang poligami, akhirnya baru bisa menulis sekarang, memang sudah terlalu terlambat jika dihubungkan dengan kondisi ramai tidaknya masalah ini di Indonesia. Namun, tujuan saya menulis bukan ingin ikut-ikutan meramaikan keadaan, sudah sejak lama saya ingin menuliskannya, namun belakangan sedang ramai-ramainya, jadi tidak ada salahnya saya publish sekarang. Tulisan ini ternyata yang paling menghabiskan energi saya. Dua minggu lebih saya memikirkan tentang ini, membaca dan mendengarkan opini orang lain, berdebat dan berdiskusi. Berkali-kali diedit, diperbaiki susunan kata-katanya, saya sendiri tidak pernah puas dengan tulisan yang satu ini, bahkan ragu untuk mem-publish tulisan ini, takut banyak salahnya. Belum pernah saya seserius ini menulis tentang suatu topik. Yup, saya tidak tahan juga untuk sekedar berceloteh tentang poligami yang selalu ramai didiskusikan, meskipun saya tahu, sulit untuk mendapatkan kata sepakat tentang masalah ini. Berkali-kali saya diskusi, tidak pernah sekalipun saya mendapatkan kata sepakat. Sebenarnya tidak akan terlalu berpengaruh apa-apa buat saya, tapi saya merasa perlu saja untuk menuliskan apa yang ada di kepala saya selama ini tentang poligami. Dan...sepertinya akan panjang juga, soalnya saya selalu bersemangat kalau membahas ini...:D Pada tulisan ini pun saya yakin banyak juga yang tidak setuju dengan pendapat saya, tapi saya kira saya tidak perlu terlalu memikirkan hal itu. Setelah diminta dan "ditunggu" oleh beberapa teman (halah!) yang ingin mengetahui pandangan saya terhadap poligami, inilah hasil "kerja keras" itu.

Latar Belakang

Hanya satu kata, tapi belakangan membuat Indonesia geger. Dari sudut pandang Islam, boleh, dan tidak terlalu banyak "variabel" yang dibutuhkan untuk melakukannya. Jika kemudian masalah poligami menjadi rumit, karena banyak sekali "variabel" yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan. Menurut saya, syarat-syarat dan argumen-argumen yang kemudian muncul dikalangan umat Islam untuk "menekan" angka poligami, sebetulnya merupakan kebijaksanaan ulama, terutama menyangkut perempuan. Meskipun masalah perempuan hanya satu, masalah perasaan yang sulit dikompromikan jika menyangkut "saingan", atau mungkin lebih tepatnya, masalah eksistensi diri.

Nabi Muhammad dan para sahabatnya melakukannya. Namun, sepengetahuan saya, bahwa syarat poligami adalah "harus" janda, lebih tua dengan tujuan menolong, misalnya, tidak pernah menjadi syarat mutlak di zaman Rasulullah dulu, Rasulullah pun tidak pernah mensyaratkan hal itu. Adalah kebijaksanaan Rasulullah saja melakukan hal tersebut, sama seperti halnya ketika beliau melakukan shalat sepanjang malam, tapi tidak pernah dianjurkan kepada ummatnya, karena perbedaan kualitas ruhani. Itu pun, jika rujukan saya benar, hanya satu orang istrinya, selain Khadijah, yang lebih tua dari beliau. Selebihnya, jauh lebih muda dari beliau, karena ketika Khadijah meninggal usia Rasulullah pun sudah berusia 50 tahun lebih. Sementara dengan usia nikah perempuan pada zaman itu, rata-rata antara 12-16 tahun, seorang janda beranak 3 pun bisa jadi masih berusia lebih kurang 30-an. Sebab, jika memang tujuannya adalah untuk menolong dan mengurusi anak-anaknya, maka misalkan Rasulullah menikah dengan seorang janda berusia 50 tahun, bisa jadi anak-anaknya sudah menikah semua dan bisa mengurusi dirinya sendiri.

Satu contoh kasus pernikahan Rasulullah dengan Sauda binti Zam'a, dalam Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal menulis :
Tidak ada suatu sumber yang menyebutkan, bahwa Sauda adalah seorang wanita yang cantik, atau berharta atau mempunyai kedudukan yang akan memberi pengaruh karena hasrat duniawi dalam perkawinannya itu. Melainkan soalnya ialah, Sauda adalah isteri orang yang termasuk mula-mula dalam lslam, termasuk orang-orang yang dalam membela agama, turut memikul pelbagai macam penderitaan, turut berhijrah ke Abisinia setelah dianjurkan Nabi hijrah ke seberang lautan itu. Sauda juga sudah Islam dan ikut hijrah bersama-sama, ia juga turut sengsara, turut menderita. Kalau sesudah itu Muhammad kemudian mengawininya untuk memberikan perlindungan hidup dan untuk memberikan tempat setarap dengan Ummul Mu'minin, maka hal ini patut sekali dipuji dan patut mendapat penghargaan yang tinggi.


Pertanyaannya, memangnya kita sanggup seperti Rasulullah? Jelas ini adalah sesuatu yang sulit. Rasulullah dibimbing dan "dididik" olah Allah langsung, sementara kita lebih banyak dibimbing dan dididik oleh setan dan hawa nafsu kita. Maka, dalam hal poligami pun, saya tidak yakin setiap laki-laki sanggup dan mau mengikuti Rasulullah. Sebelumnya, akan saya kutip terlebih dahulu ayat yang menjadi legalitas poligami, tapi pada saat yang sama, ayat tersebut juga menganjurkan untuk tidak berbuat aniaya (terhadap istri), yaitu An-Nisaa' ayat 3 :

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


Kalimat "...maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. "...jelas-jelas menolak argumen yang mengatakan atau mensyaratkan bahwa jika ingin menikah lagi harus dengan janda, lebih tua dan tidak cantik, sebab kriteria tersebut sulit sekali untuk masuk kategori "yang kamu senangi" sesuai ayat di atas. Maka, jika merujuk kepada ayat di atas, syah-syah saja untuk menikah lagi dengan gadis yang cantik sekalipun. Pikiran sederhana saya mencerna ayat tersebut sebagai ke-Maha Tahu-an Allah terhadap karakter laki-laki yang memiliki kecenderungan untuk berpoligami dan menyukai wanita yang cantik. Adapun anjuran yang diberikan, bukanlah anjuran yang diungkapkan dengan tegas, seperti halnya larangan atau tuntutan. Namun, hanya anjuran lembut, sama seperti kita mengatakan..."jangan terlalu capek, banyak-banyak istirahat, supaya tidak sakit". Artinya, melakukan atau tidak, itu adalah sebuah pilihan bagi laki-laki.

Kalau merujuk ke ayat di atas, poligami memang nampak sederhana sekali. Bagi laki-laki, nampak sangat mudah jika hanya sekedar adil. Namun, ternyata realita nya tidak seindah itu. Bukan hal yang mudah untuk "tidak aniaya" kepada perempuan jika berbicara poligami dan keadilan. Dengan poligami, bagi perempuan mungkin berarti...meruntuhkan kepercayaan diri, mengganggu eksistensi diri dan siksaan lahir batin. Adil dalam hal lahiriyah, seperti harta, pembagian giliran hari, mungkin bisa adil, namun dalam hal perasaan, ini yang sangat sulit, karena memang tidak ada alat ukurnya. Bahkan seorang Rasulullah pun sempat merasakan kesulitan berhadapan dengan ego istri-istrinya dan sempat mengancam keutuhan rumah tangga beliau. Dalam surat yang sama, An-Nisaa' ayat 129, Allah juga menggambarkan betapa sulitnya untuk berbuat adil 100%, berikut ini redaksi ayat tersebut :

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Kedua ayat tersebut, An-Nisaa':3 dan An-Nisaa':129, sebetulnya berbeda bab, namun An-Nisaa':129 sangat relevan untuk menggambarkan keadaan ketika terjadi perselisihan rumah tangga, dalam hal ini mereka yang menjadi bagian poligami. Ayat tersebut juga menggambarkan, meskipun seorang laki-laki sangat ingin berbuat adil, namun selalu ada keberpihakan kepada salah satu istri. Ayat ini juga seolah-olah berkata, meskipun laki-laki merasa adil, namun dari sudut pandang wanita hal tersebut bisa berarti tidak adil. Mungkin karena salah satu merasa tidak dibela, tidak dimenangkan dan lain sebagainya. Jika An-Nisaa':3 memihak laki-laki, maka ayat 129 lebih memihak perempuan dan seolah-olah mewakili sudut pandang perempuan. Jika ayat 3 menggugah kepercayaan diri laki-laki, ayat 129 meruntuhkan kepercayaan diri tersebut.

Selanjutnya, ayat-ayat tersebut menjadi landasan berpikir saya dalam paragraf-paragaraf berikutnya. Alasan saya, dua fitrah yang saling bersebarangan antara laki-laki dan perempuan sangat terwakili oleh dua ayat tersebut. Oleh karena itu, saya sengaja tidak memberikan porsi besar keteladanan Rasulullah sebagai rujukan saya untuk kasus poligami, karena untuk saya, sebagai manusia biasa, dan laki-laki khususnya, agak sulit jika seseorang melakukan poligami tanpa melibatkan unsur yang menjadi fitrahnya. Katakanlah dalam hal niat dan tujuan, sering kali unsur hawa nafsu lebih kuat menjadi alasan, meskipun ditutupi dengan kata-kata "sunnah" atau "ibadah" atau "dakwah" sekalipun. Dan An-Nisaa' ayat 3 pun tidak menafikkan hal tersebut, malah menegaskan bahwa seperti itulah karakter laki-laki. Sementara apa yang dilakukan Rasulullah, lebih berlatar belakang dakwah dan politik.

Tentu saja, dari seluruh laki-laki dan perempuan yang ada di muka bumi ini, selalu ada pengecualian. Ada laki-laki yang lebih memilih monogami seumur hidupnya, karena kecintaannya kepada istrinya. Ada juga perempuan yang bersedia dan terang-terangan tidak berkebaratan untuk dipoligami. Namun, dalam bahasan selanjutnya, saya lebih menitikberatkan kepada dua jenis sifat laki-laki dan perempuan yang berseberangan, ekstrim laki-laki dan ekstrim perempuan, lebih ke fitrah-nya. Lebih tepatnya, melakukan generalisir terhadap sifat laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, tulisan ini mungkin "cowok banget", karena saya tidak tahu bagaimana perasaan sesungguhnya dari perempuan. Oleh sebab itu, jika ada yang tidak terwakili, atau merasa tidak terwakili, tidak perlu sewot atau marah, cukup dijadikan bacaan saja. Syukur-syukur mau memberikan komentar. :D


Jadi, intinya adalah...

Selama ini, saya adalah orang yang pro-poligami, dengan asumsi hanya ada 2 pihak, yaitu pro dan kontra, tapi tidak berarti bahwa saya adalah orang yang ingin poligami. Pro dalam artian tidak menolak. Alasannya, sederhana saja, karena Allah mengijinkan dan dalam Islam poligami bukanlah sesuatu yang hina. Maka, menjadi sangat mengherankan saya, jika saat ini poligami dipandang sebagai sesuatu yang hina. Buat saya, apa yang sudah Allah halalkan, pastilah terdapat kebaikan di sana. Jika kemudian terjadi hal-hal negatif, bukan poligaminya yang salah, tapi pasti orang yang melakukannya yang salah. Sama saja seperi kita makan 1 piring, tidak ada larangan untuk nambah lagi sampai 4 piring. Namun, jika kemudian kita sakit perut sampai tidak bisa jalan atau ada makanan yang terbuang, bukan makan-nya yang salah, tapi kita atau cara makan kita yang salah karena tidak mengukur kemampuan diri kita. Merasa sanggup makan 4 piring, tapi ternyata malah membuat kita sakit dan menyia-nyiakan makanan yang ada.

Mungkin analogi tersebut kurang tepat, karena tidak mempertimbangkan 'perasaan' sang makanan :D. Namun, dari sisi laki-laki, analogi tersebut menurut saya cocok. Lalu bagaimana dengan sisi perempuan? Suatu saat, saya pernah makan bareng dengan 4 orang perempuan teman saya setelah selesai melakukan kegiatan. Melihat mereka ber-4 tampak akrab dan akur, saya kepikiran tentang poligami. Lalu, saya iseng mengeluarkan celetukan..."Eh, kalau misalkan saya punya istri 4 kayak kalian, akur gitu, kayaknya asyik ya...?"..:D Salah seorang teman saya itu menjawab..."Eits, tunggu dulu, belum tentu kami jadi akur lagi kalau misalkan kami jadi istri kamu semua...". Jadi, memang sulit untuk mendamaikan perasaan perempuan tentang masalah ini. Bahkan dengan sahabat karib sekalipun. Pada diri istri-istri Rasulullah pun hal ini merupakan masalah yang sulit untuk didamaikan, apalagi perempuan-perempuan masa kini. Namun, justru hal tersebutlah yang menjadi kunci dari permasalahan poligami ini. Poligami tidak akan terlalu dipermasalahkan ketika perempuan sudah bisa berdamai dengan perasaan dan ego-nya sendiri. Akan tetapi, perempuan terlalu lemah untuk ini.

Makanya, dalam berbagai kesempatan yang membahas tentang poligami, saya selalu menekankan bahwa seharusnya perempuan lah yang lebih banyak berbicara tentang anjuran berpoligami. Sebab, selama lelaki yang berbicara, tidak akan terlalu berpengaruh terhadap perempuan. Disebut nafsu lah, menganiaya wanita lah, harus adil lah...intinya mungkin, "Tolong hentikan membicarakan poligami, itu menyakiti kami..." Sayangnya, dikalangan "daiyah/ustadzah" pun jauh lebih banyak yang berkebaratan untuk sekedar membicarakan apalagi sampai membahas masalah ini, terlebih untuk menjadi contoh apalagi menganjurkan. Padahal ini adalah masalah penting yang menyangkut kehidupan perempuan juga. Di sisi lain, 'musuh' Islam mengobrak-abrik Islam melalui isu poligami, pada saat yang sama para "daiyah/ustadzah" menyetujui pemikiran mereka, semakin berantakanlah umat Islam. Indikasinya sangat jelas. Terkait masalah AA Gym saja, sangat sulit saya menemukan tulisan dari muslimah yang membela apa yang AA Gym lakukan. Lebih banyak perempuan yang mencibir, bahkan atas nama ibu-ibu pengajian?

Faktanya, ada atau tidak ada poligami, lelaki tidak terlalu dirugikan sebetulnya. Namun, dengan dilarangnya poligami, justru perempuan yang lebih banyak menjadi korban. Jadi, sebetulnya perempuan lah yang lebih banyak menganiaya dirinya dan sesamanya. Kebanyakan berfikiran seperti ini..."Saya menyadari bahwa Allah tidak melarang poligami, asalkan jangan saya aja yang dipoligami...". Hehehe. Egois kan?

Pada mulanya, poligami bukan masalah yang besar, 'hanya' sesuatu yang biasa saja. Dan dalam Islam pun, poligami bukan masalah yang perlu dibesar-besarkan sebetulnya. Salah satu syarat dari poligami yang selalu saja dijadikan 'syarat mutlak' adalah adil, karena dalam Al-Quran hal ini diungkapkan. Namun, pada saat yang sama, Allah menegaskan bahwa selamanya laki-laki sulit dan bahkan tidak mungkin untuk bisa adil. Itu artinya, menurut saya, Allah sudah mengingatkan bahwa sangat berat sebetulnya untuk berpoligami. Namun, jika merasa mampu, silahkan lakukan, tidak hina dan tidak menjadi dosa. Lantas bagaimana dengan syarat adil? Karena adil sudah Allah tegaskan sebagai sesuatu yang tidak mungkin bisa kita lakukan, maka saya berpendapat bahwa sebetulnya adil hanyalah suatu tujuan yang harus dicapai semaksimal mungkin, yang lebih penting dari itu adalah proses untuk bersikap adil. Jika seseorang berusaha sekuat tenaga untuk mendekati adil, saya kira hal tersebut pun akan mendapatkan 'penghargaan' dari Allah. Dan yang paling penting adalah sikap ridha dari istri-istrinya. Sebab jika istri-istrinya sudah ridha, saya kira kata adil sudah bukan menjadi masalah yang besar lagi, namanya juga sudah ridha. Hal ini tentu saja akan memudahkan sang suami untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya. Lagi-lagi, perempuan lah yang menjadi kunci dari 'sukses'-nya poligami. Makanya, saya sering kali menekankan bahwa poligami hanya akan menjadi solusi, jika perempuan-perempuan, terutama muslimah, sudah ridha. Selama masih belum ridha, jangan harap poligami akan berkahir indah, yang ada perasaan saling mencurigai dan saling iri. Sedangkan prasangka dan iri adalah pangkal dari berbagai permasalahan di dunia ini.

Suatu saat saya pernah mengobrol dengan seorang teman saya. Meskipun hanya kesepakatan kami berdua, tapi kami mengambil sebuah kesimpulan bahwa betapa luar biasa sabarnya seorang laki-laki yang sanggup bertahan dengan satu istri selama hidupnya. Hal ini tentu saja berdasarkan apa yang kami 'rasakan' sebagai laki-laki. Umumnya, untuk seorang laki-laki, fisik seorang wanita adalah 'segalanya'. Maka, ketika menyaksikan 'perkembangan rumputnya yang sudah tidak lagi hijau' setiap hari, sementara 'rumput' di luar sana selalu nampak lebih hijau dan lebih subur, adalah sesuatu yang wajar jika laki-laki tergoda oleh 'hijaunya rumput' tersebut. Jangankan pada saat 'rumput' yang dimiliki sudah tua, ketika 'rumput' yang dimiliki masih muda pun, tetap saja 'rumput' di luar selalu tampak lebih hijau. Terlebih jika 'rumput' itu lebih muda daripada 'rumput' yang dimiliki saat ini. Pada saat seperti inilah, kesabaran seorang laki-laki diuji, sementara di sisi lain, laki-laki tersebut dilarang oleh istrinya untuk menikah lagi, itulah saat dimana perempuan menganiaya laki-laki. Maka, terjadilah perselingkuhan antara sang suami dengan perempuan lain. Jadi, ketika poligami dilarang, yang teraniaya tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan menjadi korban. Masalahnya adalah perempuan lebih banyak tidak menyadari tentang kondisi ini, merasa suaminya baik-baik saja, padahal menyimpan perasaan 'teraniaya' itu dalam-dalam. Perempuan selama ini ke-GR-an, seolah-olah menjadi yang paling teraniaya dengan adanya poligami. Memangnya dengan dilarangnya poligami, laki-laki tidak teraniaya? Maka, disinilah perlunya kompromi dan saling memahami satu sama lain. Bersyukurlah jika perempuan mendapatkan suami yang 'tidak minat' untuk berpoligami, tapi hati seseorang siapa yang tahu, bisa saja apa yang diucapkan hanya ingin menyenangkan istrinya, sehingga sang suami 'berbohong' tidak ingin melakukan poligami.

Pernah suatu saat, dalam sebuah acara talkshow di televisi swasta Indonesia yang sedang membahas poligami, saya menyaksikan seorang aktivis perempuan mengatakan bahwa seharusnya laki-laki qana’ah(merasa cukup, mensyukuri) dengan apa yang ada pada istrinya. Entah itu kekurangan atau kelebihannya, sehingga ‘tidak perlu’ untuk melakukan poligami. Saya hanya bisa tersenyum saja mendengar ungkapan tersebut. Sebab, jika seperti itu, perempuan pun seharusnya qana’ah juga dengan apa yang ada pada suaminya. Salah satunya adalah kecenderungan dan potensi untuk melakukan poligami yang diberikan Allah kepada laki-laki. Maka, selama kita sama-sama egois, poligami yang seharusnya menjadi sebuah solusi, hanya akan menjadi malapetaka bagi setiap rumah tangga.

Selalu ada sifat yang berlawanan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan mengharapkan seorang laki-laki yang setia, sementara di sisi lain laki-laki selain ingin istri yang setia, juga memiliki potensi untuk memiliki istri lebih dari satu, dan itu bukan berarti tidak setia. Sebab jika tidak setia, pastilah seorang laki-laki memilih untuk menceraikan istri pertamanya untuk menikah dengan perempuan lain. Kenyataannya, untuk kasus-kasus poligami, lebih banyak istri pertama yang meminta cerai kepada suaminya. Sementara laki-laki pada umumnya tidak ingin menceraikan istri pertamanya, hanya karena istri pertama tidak pernah bisa menerima, maka terjadilah perceraian itu. Pada saat yang sama, seorang laki-laki bisa mencintai beberapa orang perempuan, bahkan lebih dari 4 orang, dan bisa mencintai masing-masing perempuan itu secara 'utuh'. Ibaratnya ada beberapa ruang kosong dalam hati seorang laki-laki yang tidak mungkin diisi oleh satu orang perempuan saja. Itulah sebabnya mengapa laki-laki cenderung menjadi playboy. Jadi, sebetulnya perempuan tidak perlu khawatir laki-laki tidak setia, sebab seorang laki-laki bisa 'setia' kepada beberapa perempuan sekaligus. Saya kira itulah keagungan Allah yang diberikan kepada kaum laki-laki, sementara pada perempuan, Allah memberikan perasaan yang sangat sensitif. Hal ini tentu saja agar kedua hal tersebut bisa disinergikan dan dikompromikan, agar segalanya menjadi seimbang. Dan juga ke-Maha Bijaksanaan Allah yang membolehkan seorang laki-laki untuk menikahi lebih dari satu perempuan, karena Allah sangat mengetahui karakter laki-laki, namun Allah hanya membatasi sampai 4 orang saja. Sebelum Islam datang, poligami memang tidak dibatasi, mau punya 100 istri juga tidak ada yang melarang saat itu. Maka, disinilah, lagi-lagi Maha Bijaksana-Nya Allah, potensi yang ada tidak serta merta "dibunuh", tapi diatur, dibatasi. Jika Allah saja 'memfasilitasi', lantas apa hak kita untuk melarang? Saya menduga, akan lebih banyak perselingkuhan seandainya poligami dilarang oleh manusia. Dan sampai kapanpun, rasanya sangat sulit untuk melarang laki-laki untuk poligami. Apalagi dengan adanya wacana pelarangan poligami untuk dijadikan undang-undang, saya kira hal tersebut bukanlah suatu wacana yang bijaksana.

Jika beberapa teman saya tidak bisa membenarkan "menghindari zina" dijadikan alasan sebagai poligami. Saya justru berpendapat syah-syah saja beralasan seperti itu, karena bagaimanapun, alasan itu memang paling manusiawi dan tidak hina. Berapa persen sih poligami yang tidak melibatkan "urusan bawah perut"? Saya yakin tidak banyak. Dan bahwa seringkali kata-kata "sunnah","karena Allah" digunakan untuk menutupi alasan yang sebenarnya adalah "nafsu", masih lebih baik daripada mereka yang melakukan selingkuh sembunyi-sembunyi. Pun orang-orang yang melakukan poligami dengan alasan "nafsu" sekalipun masih lebih "ksatria", karena mereka tidak menyembunyikan "niatnya". Sedangkan orang-orang yang selingkuh, jelas mereka bisa dikategorikan orang-orang yang pengecut. Saya berpendapat seperti itu, karena saya tidak hanya berbicara tentang orang-orang "yang mengerti" saja, tidak hanya tentang orang-orang yang berpendidikan tinggi saja, tapi juga tentang mereka yang mungkin tidak memiliki alasan lain untuk poligami selain "daripada zina", atau bahkan mereka yang tidak memiliki pemahaman terhadap agama dengan baik. Tentang pendapat bahwa poligami tidak mungkin menyelesaikan masalah perzinaan, saya setuju, tapi pada saat yang sama, saya juga berpendapat bahwa poligami bisa meminimalisir "penyakit" tersebut. Saya seringkali heran, sebagian besar wanita menolak untuk dipoligami atau dijadikan istri kedua secara sah, tapi pada saat yang sama kita juga menemukan banyak perempuan yang mau dijadikan wanita simpanan. Aneh...

Merujuk ke dua berita yang sempat ramai di seluruh media massa di Indonesia. Ada sebuah pelajaran yang bisa diambil dari kedua kasus tersebut, pada kasus AA Gym, saya tahu poligami mungkin terasa sangat berat untuk Teh Ninih sebagai istrinya. Namun dengan sikap Teh Ninih yang mencoba untuk ridha dan pasrah kepada Allah, dan mungkin juga dengan keinginan untuk membahagiakan suaminya, hal itu sedikit meringankan langkah AA Gym untuk menikah lagi dan bisa membantu menyelamatkan kehancuran rumah tangga mereka. Dan saya kira, keputusan yang diambil oleh AA Gym bukanlah keputusan yang seenaknya, tapi memerlukan pertimbangan yang sangat matang, karena pertanggungjawabannya sangat berat, apalagi sebagai seorang tokoh yang begitu dicintai banyak kalangan. Konon, pertimbangan yang dilakukan selama setahun lebih. Sementara kasus skandal cinta anggota DPR Yahya Zaini dan penyanyi dangdut Maria Eva, sudah dipastikan menghancurkan rumah tangga Yahya Zaini dan masa depan karir Yahya Zaini dan Maria Eva sendiri. Dan sudah pasti juga, istri Yahya Zaini akan jauh lebih sakit hati, karena merasa dikhianati. Kalaupun selama ini mereka tampil di televisi "seolah-olah" baik-baik saja, minimal mereka sudah menanggung malu yang luar biasa.

Saya tahu banyak yang tidak setuju membandingkan dua kasus tersebut sebagai tesis-anti tesis. Akan tetapi, menurut saya akar dari kedua masalah tersebut sebetulnya sama, katakanlah 'keinginan' untuk memiliki istri lagi, namun cara dan tujuannya berbeda. AA Gym melalui jalan halal, dan berdasarkan pengakuannya, hal itu bertujuan untuk mengingatkan bahwa poligami sebetulnya tidak perlu terlalu dipermasalahkan, tapi juga jangan sampai dijadikan legitimasi terhadap poligami yang seenaknya. Sementara Yahya mengambil jalan selingkuh, dan akibatnya sangat fatal. Dan kunci dari kedua permasalahan tersebut adalah perempuan. Teh Ninih mencoba untuk meridhai, dan hasilnya adalah pernikahan yang 'damai', sementara istri Yahya sepertinya bukan tipikal orang yang mau dimadu, dan hasilnya adalah perselingkuhan. Jadi buat mereka yang ingin menikah lagi, tinggal pilih saja mau cara seperti apa. Dan untuk kaum hawa, dua kasus tersebut bisa dijadikan sebuah perenungan dan pertimbangan mengenai poligami.

Untuk kasus AA Gym, tanggapan yang didapatkan memang lebih beragam, ada yang setuju, ada yang mengecam, dan ada yang tidak terlalu peduli seperti saya, tapi saya juga sebetulnya memuji langkah yang diambil AA Gym. Tapi kok nulis ini? karena saya hanya tertarik untuk membahas poligaminya. Lagipula saya juga punya misi untuk mengingatkan bahwa sebetulnya poligami tidak perlu untuk terlalu dipermasalahkan. Kuncinya satu, laki-laki dan perempuan, ridha dengan sebuah ketetapan yang Allah berikan. Dengan ridhanya kita terhadap ketetapan-ketetapan yang ada, kita akan lebih mudah untuk mengkompromikan perasaan kita, terlebih jika kita meyakini bahwa Allah pasti memberikan jalan terbaik dengan ketetapan-ketetapanNya itu. Misalnya, sebagai laki-laki, harus memahami kondisi perempuan yang pencemburu, sedangkan sebagai perempuan, harus memahami bahwa Allah memberikan laki-laki kelebihan dalam hal kemampuan dan kecenderungan untuk 'mendua', 'mentiga' atau pun 'meng-empat'. Kedua kondisi tersebut adalah ketetapanNya. Kemudian munculkan kesadaran untuk memberikan yang terbaik untuk pasangannya masing-masing. Insya Allah, kondisi keseimbangan itu akan tercapai. Selama kita masih bergelut dengan perasaan kita, rasanya sangat sulit untuk bisa menemukan solusinya. Meskipun pro-poligami, saya bukanlah orang yang berminat untuk poligami, nikah aja belum kok, tapi juga saya tidak berani untuk berstatement "tidak akan pernah melakukan poligami", saya khawatir tidak bisa konsisten dengan ucapan itu, karena ternyata hati ini memang sangat sulit untuk diatur. Saya hanya percaya bahwa apapun yang dihalalkan oleh Allah itu baik, itu saja. Jika ada yang mau berpoligami, lakukanlah dengan cara yang baik, jika tidak mau, tentu saja itu lebih baik.

Wallahualam.

Saya membayangkan ilustrasi seperti di bawah ini, jika laki-laki dan perempuan saling memahami...:D

Istri : "Bang, nikah lagi sana, pusing ngelihat abang sering ngelamun sendirian".
Suami : "Ih, siapa yang mau nikah lagi...?"
Istri : "Alah...suka pura-pura, bilang aja terus terang. Aku ridha kok."
Suami : "Nggak mau ah, ntar kamu cemburu lagi, ntar kamu nangis, ntar kamu sedih"
Istri : "Ih, abang GR banget sih...? :p emangnya siapa abang yang harus saya tangisi...?:p"
Suami : "Huu, nggak percaya, ntar kamu malah pengen bunuh diri kalau abang nikah lagi. Nggak mau ah...Lagian kalau aku nikah lagi, gimana dengan kamu?"
Istri : "Yeee...PD!! Aku kan ada anak-anak yang bisa diurus dan jadi pelipur lara :p Lagian kalau abang bahagia, aku juga akan sangat bahagia. Beneran nih nggak mau? ntar kebawa-bawa mimpi loh..." ;;)
Suami : "Iya, beneran...swear!!"
Istri : "Serius nih...? kesempatan kayak gini jarang loh..."
Suami : "Kalau kamu maksa, ya udah deh...mau...hehehehe"
Istri : "Huuu...dasar laki-laki" (sambil nyubit)
Suami : "Hahaha...abisnya kamu maksa gitu sih...:p. Tapi...kamu tahu kan kalau aku selalu cinta kamu?".
Istri : "Iya, bang. Aku juga selalu cinta kamu".

Heuheuheu...:p

S3K3L04.061206-141206.02:14.

NB :
- Bukan berarti saya tidak memahami perasaan perempuan tentang masalah ini, tapi memang sengaja buat nyindirin perempuan :p
- Saya tahu, secara keseluruhan, tulisan ini tidak terlalu objektif, memang sengaja sih...;;)
- Naskah ini juga saya kirimkan kepada Asma Nadia untuk disertakan dalam "lomba" penulisan tentang poligami, siapa tahu "layak" untuk bersanding dengan tulisan orang lain yang lebih hebat dalam sebuah buku. Heu3x. Tulisan ini adalah versi terakhirnya, sementara tulisan yang saya kirimkan, terlalu banyak yang bisa dikritik, meskipun tulisan ini pun pasti banyak yang bisa dikritik dan bikin yang membacanya eneg...:D

Posted At Thursday, December 14, 2006

Penjelasan Teh Ninih dan Alasan AA Gym Memilih Teh Rini
Berikut ini adalah penjelasan Teh Ninih mengenai poligami yang dilakukan oleh AA Gym. Kutipan di bawah ini adalah kelanjutan dari tulisan yang berjudul Penjelasan AA Gym Tentang Pernikahan Kedua. Kutipan di bawah ini juga bersumber dari rekaman yang sama, yang saya pindahkan menjadi tulisan, mudah-mudahan bisa membantu siapapun yang membacanya untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas perihal pernikahan kedua AA Gym.

Selain itu, saya tuliskan juga alasan AA Gym memilih Alfarini Eridani (Teh Rini). Saya pikir sangat penting juga untuk saya sertakan di postingan kali ini. Sehingga akar masalahnya menjadi jelas, tidak sekedar gosip, atau ghibah.

Penjelasan Teh Ninih

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...

Maha suci Allah, yang melembutkan hati-hati kita. Mudah-mudahan dengan kelembutan hati, Allah menuntun kita agar kita mudah untuk menerima kebenaran. Terima kasih AA...saya pribadi merasa bersyukur memiliki suami yang diberikan karunia yang sangat besar, bisa mengenal Allah sejak sebelum menikah. Dan saya...banyak evaluasi untuk saya sebagai istri, kurang terima kasih saya kepada suami, sehingga dengan pernikahan 20 tahun, walaupun saya sebagai istri sudah mulai dikenalkan dengan Allah oleh orang tua, tetapi untuk langsung bisa mempraktekan, Alhamdulillah, syariatnya lewat AA. Hakikatnya Allah SWT yang sayang, Allah memilih AA.

Perjalanan 20 tahun menikah penuh dengan liku, kadang sering tidak setuju dengan apa yang AA lakukan. Berawal dari bagaimana AA selalu melatih istri untuk tidak cinta dunia. Sempat terpikir, "Kenapa AA seperti ini, kok nyiksa istri...?". Tetapi, subhanallah, dengan kesabaran AA, sebagai suami begitu paham perasaan istri. Dan 20 tahun kemudian, inilah saatnya, latihan demi latihan yang luar biasa ujian besar. Di saat istri sangat cinta kepada suami, karena suami sedang diuji dengan penghormatan, dan suami juga selalu memuji istri. Nah, pada saat inilah, subhanallah, Allah mendatangkan kejadian yang menguji keikhlasan istri. Maka yang pertama kali, hikmah dari kejadian ini, "Ya Allah, saya sedang diuji dengan kemudahan, dengan penghormatan". Dan suami begitu bangga kepada saya, kadang terucap dalam hati, dalam pikiran..."inilah saya yang paling hebat, yang bisa mengantarkan suami saya menjadi hebat seperti ini"...Allah nggak suka, Allah Maha Cemburu..."Bukan karena engkau...", bukan karena saya sebagai istri, tapi Allah yang menuntun, Allah yang memberikan kekuatan kepada suami. Maka, Allah mendatangkan seorang wanita yang AA pilih sebagai istrinya.

Awalnya, hancurlah sudah perasaan diriku...tapi, subhanallah, terus minta kepada Allah...oh, ternyata nggak ada yang hebat, tidak ada yang hebat, yang hebat hanya Allah. Itulah ujian keikhlasan, sehingga akhirnya...ketika tahu bahwa AA sudah menikah, subhanallah, pasti ini ada hikmahnya, pasti ada hikmahnya. Langsung merujuk apakah ini akan mengikuti nafsu saya takut kehilangan...kehilangan...nama istri AA Gym yang hebat, atau merujuk kepada hukum Allah. Istikharah, sujud, minta tolong, sambil menangis...dan, subhanallah, ketika hati kita lembut, itu terasa sekali penghambaan kita kepada Allah, minta yang terbaik...minta yang terbaik. Dan, Allah membukakan hati bahwa apa yang dilakukan suami saya ini adalah sebuah kebenaran. Saya harus berjuang untuk memanage nafsu...memanage nafsu.

Dan, yang kedua, hikmahnya adalah, setelah meyakini bahwa ini sebuah kebenaran, disinilah benar, bahwa dengan poligami itu sangat komplit, bagaimana manajemen qalbu bisa dilatih semuanya. Yang pertama, bagaimana melatih supaya tidak dengki kepada orang. Di saat ada orangnya, dengki tidak? padahal hati terusik. Kalau saya dengki, berarti terhalang saya untuk mendekat kepada Allah. Kemudian yang kedua, evaluasi untuk diri. Apakah ini, saya termasuk tamak, tidak mau berbagi? Padahal selama ini, di hadits, di Quran...bahwa kita harus mencintai saudara seiman seperti mencintai diri sendiri. Saya punya suami yang begitu hebat, sholeh, kaya, cakep...ini orang yang paling saya cintai, bisa nggak berbagi kepada sesama muslimah. Ternyata tidak mudah AA...(terdengar audiens dan Teh Ninih sendiri tersenyum/tertawa ringan)...ngejungkel(terjungkal) juga yah? Istilahnya...AA takut sama yang lain. Tapi, subhanallah, dengan pertolongan Allah, terus diberikan pemahaman...pemahaman. Berarti saya nggak boleh mundur, ini kesempatan, harus lulus...harus lulus...harus bisa.

Itu hikmah yang kedua, dan yang terakhir, barangkali ini satu harapan dari Teteh sebagai...sebagai orang yang dipilih mendampingi AA dalam berjuang. Di saat melihat akhwat, perilaku kepada teh Rini khususnya, sangat beragam. Sampai ada yang ingin menjenggut katanya kalau ketemu, ingin menjambak, ada yang malah sampai...disihir aja katanya, A, diguna-guna. Wah, udah macem-macem. Pokoknya, subhanallah, ini sebuah pelajaran untuk saya secara pribadi...oh, berarti sikap wanita itu sangat beragam, dan saya tidak bisa menuntut akhwat sama, semua legowo, semua memaafkan...tapi inilah tanggung jawab seorang pendakwah, seperti apa yang AA tadi sampaikan. Jadi, maaf sekali...Teteh menghargai sekali yang sayang kepada teteh mungkin sangat ingin, membalas lah...kalau itu dikatakan ketidaksukaan, bagaimana menjadi seorang anak atau santrinya membela gurunya, untuk supaya tidak sakit. Tapi, tolong...berperilakulah, perilaku yang baik, karena walau bagaimanapun teteh sekarang mulai berfikir...saya bersyukur dan berterima kasih kepada teh Rini yang menjadi jalan saya bisa evaluasi, sejauh mana keseriusan(?) saya taat kepada suami, sejauh mana saya berlatih untuk berbagi, berlatih untuk tidak dengki, berlatih untuk memaafkan orang yang sepertinya menyakiti. Seperti itu A, terima kasih.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.



Alasan AA Gym memilih Teh Rini

Mengapa dipilih Alfarini? Seorang yang baru masuk ke sini (DT). Saya lebih mendasarkan kepada istikharah, satu tahun, kurang lebih. Kalau baik, mudahkan...kalau tidak baik, jangan pernah terjadi. Saya tidak memilih karena saya mencintai berlebih. Tidak bisa dipungkiri Alfarini dikaruniai sesuatu yang menarik perhatian, tetapi ...(ada satu kata yang tidak jelas)...sadar, saya tidak mau hanya karena itu.

Nah, rekan-rekan sekalian. Alfarini usianya hari ini genap 38 tahun. Alfarini, kakeknya adalah...neneknya adik-kakak dengan orangtuanya pak Habibie. Jadi, ini lahir di keluarga besar pak Habibie. SD, SMP nya di Al-Azhar, SMA di Surabaya, kuliah di UNAIR. Yang saya dengar, memiliki kecerdasan memadai, tanding dengan teh Ninih yang tidak pernah rangking 2, kecuali rangking 1 terus. IP nya 3,6. Saya pilih, diantara hikmahnya adalah karena ketabahan dan kesabarannya menghadapi situasi-situasi yang sangat berat dalam kehidupannya. Ibunya sudah stroke, ayahnya sudah uzur, pikun. Dia harus memikul tanggung jawab atas keluarganya seorang diri. Sudah janda, anaknya 3, usianya selisih setahun dengan istri saya. Dan teruji dalam situasi yang saaangat berat seperti ini, dimana saya tidak bisa mendampingi teh Rini dihina, dicaci, dimaki begitu banyak orang, dia harus menghadapinya seorang diri. Maha Suci Allah, yang membuka sedikit demi sedikit hikmah.

Sahabat saya Hari Sudarsono, yang membangun pesantren ini dari awal, baru saya tahu bahwa itu adalah saudara dekatnya, dan beliaulah, Hari Sudarsono lah yang menceritakan. Jadi, kalau selama ini ada informasi yang simpang siur, siapakah wanita ini? Jangan...jangan disisipkan intel dan sebagainya. Semakin lama, semakin saya kenali, Qiyamul Lailnya, standarnya adalah jam setengah 2 pagi, jam 2 pagi. Kesabarannya, alhamdulillah, saya syukuri. Tentu banyak kekurangan-kekurangan sebagai manusia, tetapi sesudah ijab qabul, saya sebagai suaminya memikul tanggung jawab untuk bisa membuat istri saya ini menjadi bagian dari dakwah ini. Mudah-mudahan Teteh bisa menjadi Kakak, berikut gurunya. Saya harap saudara tidak berburuk sangka kepada istri saya yang kedua ini. Dia adalah bagian dari takdir ini, teteh akan berubah menjadi lebih baik, insya Allah, syariatnya hadirnya Rini. Anak-anak saya lebih dekat dengan Allah, syariatnya dengan hadirnya Alfarini. Saya bisa belajar untuk terus mengubah diri, syariatnya adalah ditakdirkannya ada wanita bernama Alfarini.

Kenapa tidak dipilih dari anak Kyai yang sudah jadi? Mungkin takdir ini membuktikan bahwa menikahi itu harus bertanggung jawab memperbaiki, maaf, meningkatkan. Teh Ninih orangtuanya ulama, sudah jadi dari awal, saya hanya tinggal memoles. Alfarini, pengetahuan agamanya tidak sebanyak saudara-saudara, namun banyak juga pengetahuan dan pengalaman lainnya yang mungkin saudara belum memiliki. (sampai sini, rekaman terputus...)


Saya sengaja tidak memberikan kesimpulan di sini, agar tidak tercampur pendapat saya dan berita tersebut. Silahkan saja ambil kesimpulan sendiri. Sudah menjadi kewajiban saya untuk menyebarkan informasi yang sebenarnya, agar tidak terjadi "pengkaburan" informasi.

Wallahualam

S3K3L04. 141206. 11:02.

Posted At Wednesday, December 13, 2006

Penjelasan AA Gym Tentang Pernikahan Kedua
Berikut ini adalah kutipan Penjelasan AA Gym tentang penikahan kedua beliau. Kutipan tersebut saya ketik sendiri setelah mendengarkan file rekaman penjelasan beliau di depan santri-nya di Daarut Tauhiid pada tanggal 4 Desember 2006. Saya tidak mengutip seluruhnya, karena durasinya lumayan lama. Akan saya bagi menjadi dua sesi, sesi pertama berisi penjelasan AA Gym, sesi kedua, insya Allah menyusul, penjelasan dari Teh Ninih selaku istrinya. Dan tidak ada satupun kata yang saya kurangi.

Jika dibandingkan versi rekamannya, tentu saja tulisan ini kurang "greget", karena dalam versi rekamannya, jauh lebih emosional dan ada tekanan-tekanan dalam kata-kata tertentu. Sementara jika membaca tulisan ini, mungkin akan menimbulkan penafsiran yang berbeda. Namun, mudah-mudahan kutipan berikut ini bisa menjelaskan apa yang selama ini masih kabur. Selamat membaca.

---------------------------------------------------------------------------------------
Alhamdulillah, rekan-rekan sekalian. Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh kita semua. Saya akan menyampaikan, sesuatu yang sangat sangat penting, dan...hal yang dianggap akan menjadi hal yang strategis untuk siapapun yang menginginkan perubahan.

Saya mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh civitas santri daarut tauhiid, andaikata keputusan yang aa ambil ini membuat banyak ketidaknyamanan. Pertama, ketidaknyamanan perasaan karena informasi yang kurang jelas. Yang kedua, ketidaknyamanan...karena mungkin bertentangan dengan sebagian keyakinan. Yang ketiga, karena akan ada dampak bagi Daarut Tauhiid, MQ maupun Kopontren.

Keputusan berpoligami ini bukan hal yang ringan, saya sadar sepenuhnya akan dampak (baik dan buruknya). 5 tahun dibahas, prolognya sudah sering dibacakan, apa gerangan alasannya, mengapa mengambil resiko yang sangat besar seperti ini?
Pertama, kita lihat bahwa...kata poligami bagi sebagian masyarakat indonesia masih dianggap sesuatu perilaku yang buruk. Tidak heran bila ibu-ibu memberi nasihat..."Jangan berpoligami...!"

Apalagi dengan adanya kejadian ini, sms yang... -sebagian sms yang saya lihat-...ibu-ibu yang begitu marahnya, sampai mau meludahi, memukul kalau bertemu AA, buku-buku disobek, potret tidak mau dilihat. Ini adalah bukan hal yang membuat kita emosi, tapi ini peta(?tidak terdengar jelas), betapa belum semua orang bisa siap mendengar kata poligami.

Ini menjadi pikiran...shalat jalan, shaum jalan, haji, umrah...tapi ketika mendengar kata poligami...tersengat. Menjadi marah, menjadi...ghibah, seakan ada hukum Allah yang salah. Saya mengerti...bahwa wanita begitu berat mendengar kata ini, dan ini manusiawi. Tetapi...manjadi tidak yakin kepada kebenaran, khususnya yang satu ini, menjadi memaki, memusuhi...ini yang harus kita bantu perbaiki.

Kita lihat juga, pada saat yang sama, pergaulan bebas, perzinahan, ttm...menjadi...sepertinya bukan sebuah perilaku buruk, masyarakat makin permissive terhadap hal ini. Saya sebetulnya menunggu akan ada tokoh yang berani mengubah paradigma ini, seperti zaman jilbab dulu.

Saudaraku sekalian, sesudah istikharah hampir satu tahun, maka...walaupun mungkin ada banyak kekurangan dan kesalahan di dalam pengambilan keputusan ini, saya memilih untuk melakukannya. Mengapa baru diumumkan sekarang? seperti halnya sepak bola, karena ini membutuhkan tim yang tangguh, saya harus menanti saat tim saya kuat...Teh Ninih, Anak-anak, Orang Tua. Besar harapan, Allah membuka waktunya, dan Alhamdulillah, pertolongan Allah...kemarin diberi kesempatan dibuka waktunya.

Satu...hikmahnya, bagi saya pribadi, ini saat yang paling tepat untuk menguji apakah selama ini saya menikmati pujian, penghargaan, popularitas, penghormatan, atau saya berjuang karena ingin sesuatu yang saya yakini benar. Alhamdulillah, dengan adanya situasi ini, betapa banyak perhatian dalam aneka bentuk, caci maki, kutukan, ancaman...dan saya sependapat seperti yang dikatakan pak Miftah Faridl, kita harus ikhlas menerima caci maki ini, andai kata kita benar-benar mau komit. Alhamdulillah...

Hikmah yang kedua, inilah kesempatan bagi masyarakat. Saya ingin tahu, dakwah saya selama ini mengajak orang komit kepada hukum Allah, aturan Allah, atau baru komit kepada suka Abdullah Gymnastiar. Kalau dia komit kepada hukum, berarti tidak ada masalah. Ini hal yang halal, ini hal yang dibolehkan, bukan dianjurkan...ini hal yang, juga Rasulullah tidak melarang, sahabat juga melakukan. Ini hal yang, aturan negara juga memberikan peluang. Ini bukan kejahatan, ini bukan zina, ini bukan selingkuh...INI HALAL!! Sesuatu yang halal, sesuatu yang boleh, tetapi mengapa sebagian orang sampai seperti itu kata-katanya? Berarti...saya dakwah belum berhasil membuat orang lebih yakin kepada kebenaran dari Allah, baru sampai kepada figur AA Gym. Ini baik hadirin, untuk menguji sampai sejauh mana efek dakwah.

Bagi saya pribadi, ini cobaan yang luar biasa mantapnya. Ternyata, poligami tidak semudah diucap. Setiap hari teruji sekali, bagaimana 2 istri ini dari sudut yang berbeda? belum lagi anak-anak, belum lagi masyarakat...menguras...AA pemula belum pernah berpoligami sebelumnya. Guru-guru saya juga jarang yang berpoligami terbuka. Ada yang nasihat diam-diam, ada yang memberi nasehat bagus...belum juga. Jadi, untuk terbuka secara nasional, belum ada gurunya. Dan ini tidak mudah, hadirin. Kalau ada gurunya mungkin lebih mudah.

Tetapi, saya yakin, saya bukan melakukan kejahatan. Saya tidak melakukan kemaksiatan, ini legal, ini halal...Bismillah. Hikmahnya, jadi lebih sungguh-sungguh bergantung kepada ALlah. Kepada siapa lagi, selain kepada ALLAH? Maha suci ALlah, mudah2an besok lusa akan nampak karunia ALlah lainnya bagaimana kita sudah serius menggantungkan kepada Allah.

Hikmah untuk istri saya. Ada yang bertanya..."AA Gym kurang apa teh Ninih? Teh Ninih baik, pandai, sholehah, cantik." Sulit saya mengemukakan...ini adalah tanda cinta saya kepada istri saya. Saya tahu istri saya sangat baik, dan saya ingin istri saya menjadi lebih baik. Saya rindu melihat teh Ninih menjadi bidadari di sorga kelak...dan saya tahu...saya adalah salah satu penghalang yang membuat teteh bisa mencintai Allah sepenuh hati. Siapa suami yang tidak rindu istrinya menjadi pecinta Allah? Saya pasti mati...Apa yang bisa dilakukan oleh seorang suami yang cinta ke istrinya, kecuali ingin menjadi pecinta Allah yang dapat menjamin dirinya. Tapi, saya susah menjelaskan ini kepada umum. Saya tahu istri saya akan sakit. Tetapi seperti yang disuntik vitamin, mungkin sakit sebentar, besok lusa dia akan lebih kuat. Kalau saya nanti mati, mudah2an inilah warisan terbaik sebagai tanda cinta saya kepada istri saya...Saya percaya betul teteh akan kuat. Ayahnya ulama, nenek-kakeknya ulama, adik-kakaknya orang-orang yang terjaga, dia didoakan banyak orang. Saya tahu bagaimana teteh bangun malam. Saya ingin teteh hanya mencintai Allah daripada mencintai saya (AA Gym berbicara sambil menangis). Ini benar hadirin...(pada bagian ini, terdapat jeda beberapa detik, karena AA Gym dipeluk oleh seorang koleganya, dan terdengar juga suara tangisan AA Gym. Sebetulnya, di bagian ini, jika mendengarkan rekamannya lebih mengharukan daripada sekedar tulisan di sini. Karena emosinya lebih terdengar, dan pada beberapa bagian kalimat, AA Gym berbicara sambil menangis).

Susah saya mengungkapan dengan bahasa umum...

Mudah2an besok lusa, cita-cita saya, teteh selama di bumi ini menjadi ulama wanita, yang benar2 sesuai perkataan dan perbuatannya. Saya lihat umat terlalu banyak berkiblat kepada saya, ini tidak sehat. Jarang ada ulama wanita yang begitu penuh(?). Saya harus menggeser cinta para muslimah, mungkin lebih tepat kepada figur seorang ulama wanita. Saya siap menerima caci maki, saya siap dihina orang, saya siap dijauhi orang...mudah2an Allah menerima ini sebagai tanda cinta saya kepada teh Ninih, cinta saya kepada ummat, untuk mendapat figur yang lebih tepat. Wallahualam, Allah lah yang Maha Tahu. Hanya waktu yang akan memberikan bukti ini.

Mengapa saya berbuat kejam kepada anak2 saya? Bukan kejam. Siapa yang lebih mencintai anaknya selain orangtuanya sendiri? Apakah cinta dengan dibiarkan dia tidak mengenal kebenaran? Apakah cinta dibiarkan dengan segala sesuatu yang enak? Saya ingin anak saya tidak (pernah/terlalu?) mengatakan sesuatu yang salah tentang hukum Allah. Dia harus mengatakan bahwa ini adalah hukum Allah. Nggak boleh dicacati hati ini terhadap kebenaran dari Allah. Tidak mungkin Allah membolehkan sesuatu yang akan mencelakakan manusia. Tidak mungkin Allah memberikan aturan yang akan mencelakakan dan membinasakan, Allah yang paling tahu tentang manusia.

Saya tahu luka hati Gaida, Ghazi dan beraat sekali bagi saya. Tapi, saya percaya sepenuhnya saya tidak berbuat jahat. Ini adalah kebenaran yang tidak umum dilakukan. Alhamdulillah. Dan saya ingin anak-anak saya kuat, terlatih menghadapi yang sulit. Selama ini enak, dipuji, dihargai. Mereka akan menghadapi teman-temannya, lingkungannya. Saya ingin mereka kuat menjadi anak-anak yang kuat, dan mereka harus belajar berbagi kebahagiaan dengan yang lain.

Alhamdulillah. Tadi pagi sebelum anak-anak pergi ke sekolah...katakan Anakku untuk bapakmu..."harus kuat pak, harus kuat..". Anak-anak memberikan dukungan luar biasa. Saya dapat sms dari gurunya..."Anak-anak AA kuat dan tegar, di sekolah biasa, walaupun saya tahu biasanya yang lain terpuruk".

Saya percaya pertolongan Allah, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan. Untuk daarut tauhiid, inilah saatnya, saudara lebih banyak bergantung kepada Allah daripada kepada Abdullah Gymnastiar. Mungkin akan ada penurunan jumlah jama'ah yang datang, pelatihan, pembeli...kalau saudara bergantung kepada Abdullah Gymnastiar, inilah saatnya saudara kecewa. Yang membagi rezeki bukanlah saya, Allah yang maha kuasa. Kita sudah sering mengatakan,"suatu saat jangan bergantung kepada AA". Inilah saatnya. Yang daftar ke MQ Travel ada yang membatalkan, TIDAK APA-APA, BAGUS!! MEREKA HARUS LURUS NIATNYA!! Bukan karena AA Gym, HARUS KARENA ALLAH!!. Tamu ada yang membatalkan datang ke sini..ITU BAGUS!! Mereka tidak boleh datang karena manusia, mereka harus datang karena mau mencari ilmu, mencari kebenaran. Saya tidak melihat kerugian dengan berkurangnya orang datang, berkurangnya transaksi jual beli, disanalah keberuntungan dari ALlah, agar kita bener-bener tauhiid nya lurus.

Bagi kaum muslimah, yang takut suaminya menikah lagi, yang tiba-tiba menjadi benci kepada teh Rini... Teh Rini hanyalah seorang makhluk yang ditakdirkan oleh Allah menjadi bagian dari terjadinya ketentuan ini. Insya Allah, suatu saat mudah2an teh Ninih bisa menjelaskan apa hikmahnya. Apakah saudara benci kepada sesama wanita sendiri, dengki sehingga seperti yang dikatakan pak Miftah Faridl, berbuat sadis...orang yang berghibah itu orang yang dianggap sadis, karena seperti memakan daging bangkai saudaranya sendiri. Ini ujian keimanan bagi AKhwat. Bagi lelaki, ikhwan di daarut tauhiid, ini juga ujian keimanan, apakah serta merta ingin melakukan hal yang sama, padahal tidak tahu ilmunya?

Bagi ummat, ini adalah saatnya, mengetes apakah yang dicari selama ini hanya sesuatu yang enak, sesuai dengan seleranya, atau yang dicari yang benar menurut ALlah SWT. Mengapa begitu marah kepada saya? Karena tidak sesuai dengan harapannya. Harusnya, ummat menginginkan saya sesuai dengan harapan Allah, bukan harapannya. Alhamdulillah, akan ada saatnya sebagian orang tidak mau mendengar,menjauh, marah...tetapi saya percaya setiap hati itu adalah dalam genggaman Allah. Saat ini benci, belum tentu besok akan benci. Saat ini mencaci, belum tentu besok akan mencaci. Mengapa? Karena yang menanamkan cinta bukanlah rekayasa kita, yang menanamkan cinta hanyalah Allah SWT. Insya Allah, bagi saya tidak ada masalah, dihina, dicaci, dikutuk, diancam...ini adalah bagian yang belum pernah saya jalani selama ini.

Saudaraku sekalian, ini akan berproses beberapa waktu. Kalau saudara mengharapkan pertolongan ALlah dan ikhlas, semuanya menjadi mudah. Kalau saudara mencintai dunia, mencintai pujian, penghargaan, bergantung kepada makhluk...inilah saat yang terberat yang saudara jalani. Barang siapa yang Allah baginya, Hasbiyallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'mal nassir.

Saudaraku sekalian, mudah2an kedepan dengan ijin ALlah akan terbukti, bentuk cinta seorang suami kepada keluarganya, kepada ummatnya, Insya ALlah. Saya harus kuat menjaga keikhlasan ini, saudarapun teruji kesetiaan, cinta kepada AA. Saya tidak berharap agar rekan2 mencintai, membela saya...Jangankan kepada rekan2, kepada teh Ninih saja..."Mamah, AA tidak menuntut mamah melakukan apapun untuk keputusan yang AA ambil ini". Karena tidak bisa diungkapkan sekarang hikmahnya. Mudah2an rekan2 memaklumi, memaafkan, dan siap. Inilah babak baru dalam kehidupan saya, mungkin satu-dua tahun ini akan latihan mengembangkan kemampuan. Sebagai penggantinya, mudah2an ibu2 akan...tempat saya digunakan oleh teh Ninih. Mudah2an akan ada figur ulama lain yang bisa mengisi kekosongan ini, pada saatnya mudah2an AA Gym yang tampil lebih layak disebut ulama daripada sekarang ini yang hanya baru belajar berdakwah biasa. Saya membutuhkan situasi dimana teruji keikhlasan, teruji kegigihan, konsisten dalam kebenaran, apakah karena ALlah ataukah karena mencari kedudukan kepada manusia.


-------------------------------------------------------------------------------------------

Itulah penjelasan dari AA Gym, insya allah, akan saya ketik juga penjelasan dari teh Ninih.

S3K3L04.131206.21.26.

Posted At Monday, December 04, 2006

Nyoba Template Baru
Ini lagi nyobain template baru...
Masih berantakan ternyata. Setelah melihat-lihat kesana-sini. Lihat-lihat source orang lain. Lihat-lihat situs bagus yang berisi desain-desain web yang bagus. Dan setelah beberapa minggu ini belajar lagi web programming dan web desain, inilah hasilnya...

Masih banyak yang harus diperbaiki lagi. Tidak terlalu sulit sebetulnya, hanya saja saya seringkali dibingungkan dengan perlakuan dari browser-browser yang ada terhadap source code yang telah saya buat. Dalam hal ini, saya menggunakan Internet Explorer(IE) dan Firefox. Segini belum pake javascript, masih html dan css aja, tapi ternyata cukup membuat saya pusing juga.

Pernah suatu ketika, tampilan di IE sedemikian cantik, ternyata pas saya lihat di Firefox, alamak... berantakan!! Karenanya, ketika membuat layout, saya sekarang menggunakan Firefox sebagai ukuran, karena kalau di Firefox sudah lumayan ok, di IE biasanya tidak terlalu jauh hasilnya.

Ini lagi nyobain blockquote, kira-kira tampilannya gimana ya? sesuai dengan apa yang saya bikin atau malah bikin berantakan??


Template yang ini adalah template yang kedua dalam sebulan terakhir. Versi satu, gelap...alias berlatar belakang hitam, tapi tidak saya upload karena menggunakan javascript. Meskipun sudah cukup lama saya mengenal web programming, tapi tetap saja saya merasakan kesulitan karena sudah lama juga saya meninggalkannya. Tadinya, template ini akan saya gunakan untuk situs pribadi saya. Namun, sepertinya akan tertunda. Lagi gk punya duit untuk sewa domain dan hostingnya...:D

Tentang desain. Terus terang saja, saya sangat payah dalam hal ini. Bener-bener payah. Makanya untuk desain template kali ini, saya hanya bisa menampilkan yang sederhana saja. Kalau untuk yang ribet-ribet, perlu belajar lebih banyak lagi. Ditambah lagi monitor saya saat ini sedang bermasalah, lebih redup daripada monitor pada umumnya. Tentu saja hal ini sangat berpengaruh terhadap pewarnaan.

Untuk template ini, mungkin ditemukan kemiripan dengan milik orang lain, karena dalam membuatnya, saya juga memang banyak melihat-lihat desain orang lain. Dan dari hasil 'penglihatan' saya itu, mungkin saya terinspirasi. Namun, saya tidak pernah berniat 'mencuri' template orang lain. Sebab ketika saatnya coding, tidak saya lihat lagi desain-desian orang lain itu, apa yang muncul di kepala saya, langsung saya 'terjemahkan'.

Jadi, maaf atas ketidaknyamanan yang teman-teman dapatkan ketika berkunjung ke sini. Ada beberapa hal yang harus saya tambah dan perbaiki lagi. Diantaranya, link beberapa teman yang belum sempat saya masukkan di blog ini. Positioning beberapa bagian, termasuk header. Trus, link ke situs-situs non-blog saya taruh di bawah posting-posting, kalau ini sih udah, tinggal perbaikan posisi. So, buat teman-teman, kalau ada saran atau caci maki, kirim lewat komentar aja ya...??? :D

S3K3L04. 23.15. 041206.

Posted At Saturday, December 02, 2006

Your December
Bulan Desember ini, ada beberapa orang yang berulang tahun. Dalam daftar saya, hampir semuanya wanita. Itu artinya, makan-makan...!!! Heuheuheu. Nggak ding, sebenernya saya kurang sreg juga dengan budaya traktiran-traktiran pas ultah, tapi kalo diajakin mah nggak akan pernah nolak. :P Asal jangan minta traktir balik aja pas saya ultah...Hahahaha...:D. Inilah mereka...

1 Desember : Desi "Raihana" Triyanti
2 Desember : Tita Hendaryani
9 Desember : Rosi Rosmala Dewi
11 Desember : Seseorang yang jika saya tuliskan namanya di sini akan menjadi masalah buat saya. Heuheuheu.
24 Desember : Mia Amaliah
27 Desember : Desi yang lain lagi
Kalau nggak salah, Irma Herdianti juga Desember ya???

Semuanya berjilbab, dari yang minimalis sampai yang maksimalis...heuheuheu. Yeah, mudah-mudahan kalian menjadi 'ladang' tempat tumbuhnya 'bibit-bibit' berkualitas, yang bisa menjadi agen perubahan negeri ini menjadi lebih baik, yang bisa membawa orang-orang di negeri ini ke 'Jalan Cahaya'. Mudah-mudahan saja. Amin.

Trus...
6 Desember : Catur

Siapa lagi ya? Adakah yang terlupa?? Ngacung aja ya atau tulis dikomen...!!! :D

Mau dikasih kado apa??
Saya kasih lirik lagu dari GIGI aja ya?

Selamat Ulang Tahun

Suasana Indah dan Ceria
Membawa Suka Cita
Bersama Gembira

Menyambut Datang Hari Bahagia
Tak Sabar Hati ini
Tuk Berbagi Rasa

Seiring waktu berjalan usiamu
Terucap Untukmu Selamat Ulang Tahun

Semoga kita selalu bersama
dalam canda dan tawa
yang masih tersisa


Tambahan dari saya, Woi!! Tobat Woi...Jangan pernah senang dengan bertambahnya umur. Itu artinya, kalian semakin mendekati waktu kematian kalian. Sudah nyiapin bekal apa aja?? :D

Do'a dari saya...(Kecuali buat Catur)
Semoga dapat suami yang sepinter saya, seganteng saya dan seaneh saya. Heuheuheu...Nggak ding, becanda, lagi narsis tingkat tinggi nih. :p

Kalau yang ini serius...
Semoga kalian mendapatkan suami yang mencintai Allah, dan Allah mencintainya...Amin. Cukup??? Cukup lah...kalau do'a saya dikabulkan, kalian akan mendapatkan 'segalanya', insya Allah. :)


S3K3L04. Saturday. 021206. 03.20.
2 X 2 = Bahagia
Akhirnya, setelah pencarian yang cukup lama, saya dapat menikmati lagi Album lama GIGI, 2 X 2. Senangnya...senangnya... Seperti yang sudah-sudah, saya menemukan album ini secara tidak sengaja. Ketika saya kembali ke Bandung, setelah 2 hari sebelumnya pulang ke Bogor. Saya mendapatkannya di Kebon Kalapa, setelah shalat Jum'at di Mesjid Raya Bandung. Hanya saja, MAHAL!! Harganya 3 kali lipat dari harga aslinya yang ketika album ini keluar, sekitar tahun 1997, hanya Rp.8000,-. Meskipun setelah ditawar, hanya turun Rp.2000,- Tapi, nggak apa-apa lah. Maklum saja barang langka dan, tentu saja, Great Music!!!. Bayangkan saja, 3 tahun lebih saya mencari album ini. Pernah suatu saat, seluruh toko kaset di mall-mall besar di Bogor saya datangi, demi untuk memenuhi rasa 'cinta' saya pada album ini. Eh, dapatnya malah di emperan pinggir jalan. Padahal, toko kaset bekas yang ada di Bandung pun pernah saya datangi, dan memang sulit mencari album ini. Sebuah pelajaran, kalau punya koleksi kaset-kaset lama atau barang apa saja, jangan dibuang, tapi rawat dengan baik, siapa tahu suatu saat harganya bisa jadi berlipat-lipat.

So, setelah sampai kost-an, saya sibuk nyari walkman ke sana-sini, soalnya saya nggak punya tape atau walkman. Ada beberapa orang yang saya telpon dan sms. Rupanya walkman sudah bukan zamannya lagi. Akhirnya, ada seorang teman kostan yang berbaik hati meminjamkan tape yang katanya agak besar, dan kenyataannya, sangat besar!!. Demi untuk mendengarkan lagi album tersebut, saya pun rela untuk mengangkat dari lantai 2 ke lantai 1. Asli, berat!! Pyuuhhh!! Dan bagusnya lagi, teman saya itu punya kabel audio yang bisa saya gunakan untuk merekam ke komputer untuk saya jadikan MP3. Lengkaplah sudah kebahagiaan saya. :D

Dengan kembali memiliki album ini, hampir lengkaplah daftar pencarian saya, setelah jauh-jauh hari sebelumnya saya mendapatkan hampir seluruh track dari Liquid Tension Experiment dan John Petrucci. Dua album dari Liquid Tension Experiment (Album I dan II) dan John Petrucci (Suspended Animation) merupakan album-album yang luar biasa. Terutama Liquid Tension Experiment yang memberi 'pengalaman baru' dalam menikmati sebuah sajian musik yang berkarakter, chaos, megah dan pada beberapa bagian, terdengar 'lucu'. Jadi, pencarian saya tinggal album-album dari Transatlantic, Jordan Rudess dan OSI. Masih lumayan banyak ternyata, dan susahnya, album-album tersebut sangat langka di Indonesia.



Oke, kembali ke Album 2 X 2. Saya akan cerita sedikit tentang album ini. Album ini merupakan album transisi ketika GIGI mengalami kegamangan setelah ditinggal 3 personelnya, yaitu Baron (Gitar) yang melanjutkan kuliah ke Amerika, Thomas (Bass) yang saat itu sedang dalam masa penyembuhan dari penyakitnya, mabok!! Dan Ronald (Drum) yang meninggalkan GIGI karena memiliki visi yang berbeda.
Sepeninggalan Baron, GIGI dengan 4 personel yang tersisa, yaitu Armand, Budjana, Thomas dan Ronald masih sempat menelorkan sebuah Album yang diberi judul 3/4. Sebuah album yang minimalis, nge-rock, eksperimental tapi juga nampak totalitas mereka dalam bermusik. Menurut saya, pada album ini, semua personel bermain sangat baik dan benar-benar 'mengerahkan' seluruh kemampuan mereka. Saya sangat kagum pada bagaimana Ronald memainkan drum-nya di album ini. Sayangnya, setelah di album ini, yang merupakan album terakhir Ronald bersama GIGI, saya tidak pernah mendapatkan lagi permainan drum Ronald seperti di album 3/4 ketika Ronald bermain di luar GIGI, termasuk ketika membentuk Dr.PM.

Setelah album 3/4 inilah, Thomas 'istirahat' dari GIGI, disusul beberapa bulan kemudian oleh Ronald yang mengundurkan diri. Tersisa Armand dan Budjana. Konon, mereka berdua sempat berfikir untuk membubarkan GIGI dan berduet saja. Namun, mereka urung melaksanakan niat tersebut dan menambah 2 orang personel baru, Budhy Haryono (Drum) dan Ophet Alatas (Bass) yang merupakan kru GIGI. Bahkan sebelum Thomas istirahat, Ophet pernah beberapa kali menggantikan Thomas ketika mabok. Akhirnya, keluarlah album 2 X 2 di bawah bendera Ceepee.

Ada apa aja sih di album ini? Dan mengapa saya sangat menyukai album ini? Hmmm, apa ya? Menurut saya, album ini sangat fenomenal karena pertama, banyak melibatkan musisi dari dalam dan luar negeri. Kedua, album ini sangat eksperimental, terkesan sedang mencari bentuk, tapi justru menghasilkan lagu-lagu yang luar biasa. Ketiga, warna musik yang lebih unik. Keempat, hampir semua lagu saya suka. Tentu saja semuanya tidak objektif, karena penilaian orang terhadap musik berbeda-beda, tapi itulah menurut saya.

Ada 11 lagu di album ini, 8 lagu dengan lirik Bahasa Indonesia, 2 dengan lirik Bahasa Inggris dan 1 lagu instrumental. Album ini dibuka dengan lagu yang sangat keren, Flamenco, sesuai judulnya musik yang ditawarkan bernuansa Flamenco, seperti musik-musik spanyol dan latin. Juga dengan beat yang membuat badan ingin bergoyang dan menari. Disusul dengan lagu Mereka, sebuah lagu yang sangat nge-rock!! Pada lagu ini, GIGI dibantu oleh Billy Sheehan yang saat itu masih menjadi Bassis Mr.Big, bahkan di lagu ini Billy menampilkan kebolehannnya bermain solo bass, bersahut-sahutan dengan solo gitarnya Budjana. Konon Billy sempat terkagum-kagum dengan kemampuan Budjana dalam bermain gitar, dan pernah menawari Budjana jadi gitaris Mr.Big. Namun, saya tidak pernah mendengar berita tersebut dari mulut Budjana langsung (halah, kesannya akrab banget ya ...? heuheuheu :p). Menariknya, di lagu ini juga ikut menyumbangkan beberapa pemain trompet terkenal, yaitu Eric Marienthal, Harry Kim dan Arturo Velasco yang mewarnai lagu ini menjadi lebih gagah. Disusul kemudian dengan lagu Bumi Meringis, bernuansa etnis dan akustik dengan latar string section dari Sak Unine String Trio, menjadikan lagu ini lebih 'menggigit'. Saya benar-benar kagum dengan kemampuan vokal Armand di lagu ini. Sangat prima.

Lagu keempat, Kurindukan. Pada awalnya, saya tidak terlalu suka dengan lagu ini. Namun, seiring berjalannya waktu, saya jadi menyukai lagu ini. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan dari lagu ini, hanya saja lagu ini lebih bernuansa kelam. Lagu selanjutnya, Tractor. Dengan lirik Bahasa Inggris, hampir menyerupai lagu Mereka, namun lebih nge-rock dan ada sedikit unsur jazz, karena dibantu juga oleh Indra Lesmana.

Masuk side B, diawali sebuah lagu keren, Kau Dengar. Sebuah lagu yang pernah membuat saya mengharu biru ketika zaman SMA dulu, terutama karena lirik yang ini..."Sadarlah, ada bidadari, yang menanti hatimu. Jangan biarkan dia sendiri, menangis, tanpa belai, tanpa kasih...". Bagian yang paling saya sukai dari lagu ini adalah pada bagian solo gitar nya Budjana. Disusul dengan Cry Baby. Sebuah lagu yang 'berisi', nge-jazz, progressive, nge-rock, ah sagala rupa lah...heuheuheu. Masuk lagu Sang Nayaga, diawali dengan intro rebab disusul rampak gendang dari IDEA Percussion, dan selanjutnya mewarnai keseluruhan lagu ini. Sangat eksotis dan lebih meng-Indonesia. Lagu ini diakhiri dengan rampak gendang selama kurang lebih 30 detik, impressive. Berikutnya, masuk sebuah lagu instrumental medley, Bronchitis-Kronis. No Comment.

Dua lagu terakhir terdengar lebih bersahabat dengan telinga. Lagu kesepuluh, Selamat Ulang Tahun, dengan nada yang lebih ceria, sederhana dan paduan suara ceria anak-anak, menjadikan lagu ini cocok untuk dijadikan sebagai lagu ulang tahun. Dan terakhir, Ingin Kubicara. Hmm, the most favourite song. Seperti lagu Kau Dengar, lagu ini juga pernah membuat saya menjadi sangat sentimentil. Karena pada saat itu lagu ini sangat sesuai dengan apa yang saya rasakan..."Ingin Kubicara, semua yang ada, namun jiwa ini diam, beku...". Heuheuheu. Bahkan saya sering sekali mengutip lirik ini ketika SMA dulu. Dengan sentuhan gitar akustik dari Budjana, Bass yang sederhana dari Ophet dan Perkusi dari Budhy, serta String Section yang dominan menjadi latar belakang lagu ini, menjadikan lagu ini benar-benar cocok untuk mereka yang sedang jatuh cinta. Sangat melankolis.

Jadi, begitulah...:D Ada yang mau minjem?? hehehehe.

S3K3L04. Saturday. 021206. 02.46.
Copyright © 2006 Bom Bye
Design : Donny Reza